BINCANG SEJIWA EPISODE 27: “ANAK-ANAK AMBON BIKIN GEBRAKAN: KITA BUAT LINGKUNGAN HIDUP LEBEBAE”
Minggu, 29 November 2020

BS 27

Narasumber:

Dipandu oleh Andika Zakiy (Program Koordinator Yayasan SEJIWA)

 

Terbentuknya Komunitas Lebebae

Kezia Arabelle Tulalessy merupakan pendiri Komunitas LEBEBAE yang berada di Ambon. Komunitas LEBEBAE merupakan komunitas anak-anak muda yang ada di Ambon, yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup. Komunitas ini didirikan oleh Kezia, yang saat ini masih menempuh pendidikannya di Sekolah Mengengah Atas kelas 10. Sejak kecil, Kezia sudah mulai mencintai lingkungan, karena sering diajarkan oleh orang tuanya untuk mencintai lingkungan hidup, khususnya untuk membuang sampah pada tempatnya. Orang tua Kezia sudah mengajarkan dari kecil mengenai kebersihan lingkungan dan bagaimana cara merawat lingkungan.

Awal mula Kezia tertarik untuk membentuk Komunitas LEBEBAE adalah karena Kezia merasa prihatin ketika melihat banyaknya permasalahan lingkungan di sekitarnya, terutama permasalahan terkait sampah.  Kezia juga merasa begitu prihatin ketika melihat teman-temannya yang belum begitu peduli dengan masalah lingkungan ini. Oleh karena itu Kezia berusaha untuk mengajak teman-temannya untuk ikut serta menjaga dan mencintai lingkungan. Dulu Kezia dan teman-temannya sering bermain di pantai. Saat bermain, Kezia melihat banyak sekali sampah plastik yang ada di pantai. Hal itu membuat Kezia merasa sangat prihatin dengan kondisi kebersihan lingkungan di sekitarnya. Dari situ Kezia berpikir bagaimana caranya mengumpulkan teman-temannya untuk sama-sama peduli terhadap lingkungan, terutama terkait sampah. Bermula dari hal tersebut, Kezia berusaha membuat komunitas bersama dengan teman-temannya. Sebelum mebuat komunitas, Kezia berdiskusi terlebih dahulu dengan orang tuanya, dan orang tua Kezia sangat mendukung ide tersebut. Setelah mendapatkan dukungan dari orang tua, Kezia mulai mengajak teman-temannya yang peduli lingkungan untuk bergabung di komunitas ini. Walaupun ada kendala dalam mengajak teman-temannya, Kezia berusaha sebaik mungkin untuk mengajak teman-temannya untuk peduli terhadap lingkungan.

Kegiatan di Komunitas Lebebae

Komunitas Lebebae memiliki dua kegiatan utama, di antaranya:

  1. Membersihkan sampah di pantai. Komunitas Lebebae memiliki kegiatan rutin yaitu memberiskan sampah yang ada di pantai. Sampah yang sudah diambil dari pantai akan didaur ulang. Ada salah satu orang tua dari anggota komunitas yang bersedia untuk mengajarkan anggota komunitas bagaimana caranya mendaur ulang sampah plastik.
  2. Penanaman pohon. Selain peduli akan masalah sampah, komunitas ini juga peduli juga dengan penghijauan. Saat ini sudah banyak pohon yang berkurang, padahal pohon merupakan paru-paru dunia yang harus dijaga. Sebagai anak-anak, mereka berpikir bagaiamana caranya untuk bisa tetap menjaga kelestarian pohon dan memberikan penghijauan. Kegiatan ini juga mendapat banyak dukungan dari pihak lain, salah satunya dari tentara yang memberikan anakan pohon untuk ditanam oleh komunitas. Penanaman pohon dilakukan di tempat sumber air yang bertujuan agar sumber air tersebut tetap terjaga dan tidak mengalami kekeringan. Selain didukung oleh tentara, komunitas juga didukung oleh gereja. Penanaman ini juga dibagi ke dalam delapan sektor penanaman.

Upaya Kezia Mengajak Teman-temannya Bergabung di Komunitas

Mengajak orang lain untuk bergabung dengan komunitas bukan merupakan hal yang mudah. Begitu pula yang dihadapi Kezia saat awal-awal membentuk komunitas ini dan berusaha untuk mengajak teman-temannya terlibat. Usaha Kezia untuk mengajak teman-temannya bergabung di dalam komunitas dimulai dengan mengajak teman-temannya untuk membersihkan sampah di pantai karena pada awalnya fokus Kezia adalah pada sampah-sampah di  pantai. Ketika mengajak temannya untuk bergabung, ada beberapa temannya yang bertanya apakah jika mereka membersihkan sampah mereka akan mendapatkan uang. Kezia menjelaskan bahwa dengan membersihkan lingkungan, maka hal yang akan didapatkan adalah lingkungan yang bersih dan yang lebih baik di masa depan. Banyak teman-temannya yang berpikir bahwa ketika melakukan sesuatu maka harus ada imbalannya. Hal ini lah yang menjadi salah satu kesulitan Kezia untuk mengajak teman-temannya peduli terhadap lingkugan. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat Kezia, dan ia berusaha lebih keras untuk mengajak teman-temannya melalui cara lainnya yang lebih menarik. Saat ini sudah banyak teman-temannya yang tertarik karena Kezia sering mengunggah  kegiatan komunitas di sosial media dan juga sering mengajak teman-temannya yang lain untuk terlibat.

Peran dari Pembina dalam Mengembangkan Komunitas

Bung Jan merupakan Pembina Komunitas LEBEBAE. Peran Bung Jan di komunitas ini adalah berusaha agar anak-anak sedari kecil sudah bisa menjaga lingkungan mereka dari sampah. Bung Jan juga mengatakan bahwa anak-anak sudah dilatih bagaimana cara membuang sampah pada tempatnya. Bung Jan tertarik untuk bergabung dan membantu komunitas ini karena Bung Jan senang bisa membantu anak-anak untuk melakukan hal-hal baik untuk masa depan. Sebagai pembina, Bung Jan mengajak anak-anak untuk menciptkan lingkungan yang bersih, baik, dan sejuk.

Sebagai seorang Pembina, Bung Jan juga membantu komunitas ini dalam bekerjasama dengann pihak lainnya, termasuk orang tua dan gereja. Saat komunitas ini baru dibentuk, Bung Jan berpikir bagaimana agar komunitas ini bisa bekerjasama dengan orang tua dan pihak lainnya. Saat ini pihak yang banyak bekerjasama dengan komunitas adalah dari orang tua dan juga gereja. Salah satu program yang ada di gereja adalah mengenai lingkungan. Dari situ lah Komunitas Lebebae bisa masuk untuk bekerja sama dengan pihak gereja untuk melakukan program penghijauan. Kerjasama ini sudah berjalan dengan baik karena sudah ada dukungan dari orang tua dan masyarakat lainnya untuk melakukan penghijauan.

Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak yang Cinta Lingkungan

Menurut Mas Doni, apa yang ada pada diri Kezia, terutama rasa cintanya pada lingkungan bermula dari rumah atau orang tua, yang selanjutnya menjadi sebuah tindakan yang bermakna. Proses pendidikan yang pertama dan utama adalah dari rumah. Peran orang tua sangat besar untuk membentuk kepribadian anak, termasuk salah satunya dalam membentuk rasa cinta anak terhadap lingkungan. Kepedulian Kezia terhadap lingkungan muncul dari pengalamannya sehari-hari, salah satunya ketika ia bermain di pantai. Ketika bermain di pantai, Kezia melihat banyaknya sampah dan berpikir untuk bagaimana mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini merupakan salah satu bentuk refleksi dari apa yang dilihat, diamati, atau dirasakan. Ketika Kezia melihat suatu permasalahan di lingkungan, Kezia berpikir apa yang bisa ia lakukan untuk mengatasi permasalahan ini. Apa yang dilakukan Kezia sejak dini menunjukan bahwa ia memiliki kesadaran dan tanggung jawab, yang muncul dari pengalamannya, yang mendorong sebuah tindakan nyata yaitu membentuk Komunitas LEBEBAE.

Selain itu, Mba Diena juga menambahkan pandangannya, bahwa apa yang ada pada diri Kezia merupakan hasil didikan orang tua yang luar biasa. Kedua orang tua Kezia sadar betul mengenai pendidikan. Orang tua menguatkan empati anak dengan cara-cara berkomunikasi sejak kecil, dan anak juga diajak untuk fokus pada lingkungannya. Melibatkan anak dalam berkomunikasi dan berdiskusi mengenai hal yang menarik bagi anak merupakan salah satu upaya pembentukan empati. Berawal dari empati, anak diajak untuk berpikir membuat perubahan, salah satunya seperti apa yang terjadi ada Kezia, yaitu berempati dengan lingkungannya. Dari diskusi tersebut akan muncul pertanyaan dari kedua orang tua “Kamu mau berbuat apa untuk hal tersebut? Bisa kah kamu melakukan sesuatu?”. Ketika ada kepedulian dan komitmen yang besar dari orang tua, dan selalu mengajak anak untuk melakukan suatu tindakan baik, ini lah yang akan menjadikan anak percaya diri untuk melakukan sesuatu yang baik untuk lingkungannya.

 

Untuk melihat kisah inspiratif dari Komunitas Lebebae, Sahabat SEJIWA dapat menyaksikannya pada link di bawah ini:

 

Yayasan SEJIWA

“Service for Peace”