BINCANG SEJIWA EPISODE 45: SARAT KEBAJIKAN DI KAMPOENG KASIH

BINCANG SEJIWA EPISODE 45
SARAT KEBAJIKAN DI KAMPOENG KASIH
MINGGU, 18 APRIL 2021

 

Narasumber :

  • Ir. Sumartono Sutartho (Founder Kampoeng Kasih)
  • Kang Abi (Pegiat Kampoeng Kasih)
  • Diena Haryana (Pendiri Yayasan SEJIWA)
  • Doni Koesoema A (Pakar Pendidikan Karakter)

Dipandu oleh Andika Zakiy (Program Coordinator SEJIWA)

 

Latar Belakang Berdirinya Kampoeng Kasih

Kampoeng Kasih merupakan sebuah wilayah pedesaan di Bogor yang pada awalnya didirikan dan dikembangkan oleh Pak Sumartono dan beberapa temannya. Berdirinya Kampoeng Kasih ini dilatar belakangi dari berbagai inspirasi dan pengalaman hidup yang dirasakan oleh Pak Sumartono yang akhirnya terakumulasi dan mencetuskan ide untuk mendirikan Kampoeng Kasih.

Pak Sumartono dan beberapa temannya yang tinggal di kota merefleksikan mengenai kehidupan di kota dan di desa. Menurutnya, baik dari desa maupun kota memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kehidupan di kota terdapat banyak kemajuan dan kemudahan akses fasilitas, namun kehidupan masyarakatnya lebih individualistis. Sedangkan kehidupan di kota memiliki nilai gotong royong di dalam masyarakat dan kehangatan antar penduduknya, namun lebih terbatas pada akses fasilitas.

Dari hasil refleksi tersebut, Pak Sumartono dan teman-temannya berikhtiar untuk membuat suatu tempat di desa, yang masih bisa dikembangkan ke arah yang lebih baik, yang diberi nama Kampoeng Kasih. Tempat ini diberi nama Kampoeng Kasih karena Kampoeng Kasih merupakan komunitas yang dipercaya perlu untuk diperkuat dan dikembangkan. Diberi nama Kampoeng Kasih karena kata “kasih” cukup mewakili apa yang ingin dicapai. Kasih kepada alam menghasilkan sustainability, kasih kepada masyarakat menjadi keharmonisan, dan kasih kepada diri sendiri akan memberikan kedamaian.

Pemilihan Desa Sebagai Tempat Kampoeng Kasih

Pak Sumartono melihat bahwa kehidupan dari waktu ke waktu semakin individualistis. Saat seseorang makin terlepas dari akar budayanya, masyarakatnya, dan alamnya maka dia hanya bisa bergantung pada dirinya sendiri. Kehidupan yang seperti ini akan semakin individualistis, tidak berempati dan tidak memiliki kepedulian. Sehingga diperlukan komunitas yang masyarakatnya tidak individualistis.

Desa dipilih karena kehidupan dari masyarakat desa memiliki kekayaan dalam hal bermasyarakat dan saling berempati dan tolong menolong. Diperlukan komunitas yang bisa menghasilkan dari kekayaan alamnya, tetapi juga tetap mempertahankan budayanya. Oleh karena itu Pak Sumartono dan teman-temannya ingin mendirikan komunitas yang bisa mendapatkan kesempatan yg ada di kota seperti pelayanan kesehatan dsb, namun mereka tidak perlu keluar dari desa dan mengorbankan budaya mereka. Itu lah latar belakang berdirinya Kampoeng Kasih dimana di tempat ini kita bisa menjaga tanah, masyarakat, dan budaya setempat.

Kondisi Lingkungan Sebelum Kampoeng Kasih Berdiri

Sebelum berdirinya Kampoeng Kasih, tempat tersebut merupakan wilayah yang kondisi tanahnya kurang baik karena telah digunakan berkali-kali untuk bercocok tanam, terutama dengan bahan kimia. Sebagian besar masyarakat saat itu berprofesi sebagai petani, namun karena tanah di wilayah tersebut sudah tidak bisa menghasilkan, maka masyarakat perlahan-lahan meninggalkan kegiatan bertani tersebut. Dikarenakan tidak bisa menggunakan tanah untuk bercocok tanah, maka masyarakat melihat tanah hanya sebagai property yang bisa diperjual belikan. Masyarakat juga lebih memilih menjadi buruh harian daripada bertani.

Dari permasalahan tersebut, Pak Sumartono dan teman-temannya berusaha untuk membangun kembali desa tersebut, terutama untuk mengembalikan kondisi tanah di sana agar tetap bisa dimanfaatkan oleh warga untuk bercocok tanah. Setelah berdirinya Kampoeng Kasih, perlahan lahan kondiri tanah di sana sudah membaik, dan masyarakat bisa kembali menanamkan sesuatu di tanah tersebut yang menghasilkan. Hingga saat ini kemajuan yang ada di desa tersebut semakin meningkat.

Kegiatan di Kampoeng Kasih

Selain kondisi alam Kampoeng Kasih yang terus membaik dari waktu ke waktu, masyarakat di Kampoeng Kasih juga lebih produktif dan berdaya. Sebagai contoh, masyarakat di Kampoeng Kasih bergotong royong untuk membuat sebuah usaha bisnis makanan, dimana para ibu berperan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai makanan dan para pria membantu dalam proses persiapan dan pendistribusian. Selain itu, Kampoeng Kasih juga sudah aktif memanfaatkan ruang digital untuk mempromosikan bisnis masyarakat secara lebih luas. Ruang digital juga digunakan untuk mendukung kegiatan lainnya.

Di samping itu, anak-anak di Kampoeng Kasih juga bisa bermain bersama di lahan yang luas. Maka dari itu, dengan berdirinya Kampoeng Kasih, bukan hanya orang tua saja yang sejahtera dan berdaya, tapi anak-anak juga merasa bahagia berada di sana.

Keterikatan Manusia dengan Alam

Manusia dan alam memiliki keterikatan yang sangat kuat. Alam memberikan manusia kehidupan, dan manusia dapat hidup dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam untuk kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, manusia harus memiliki rasa tanggung jawab dan menghargai alam. Wujud rasa cinta terhadap alam dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan bahan-bahan organik untuk pertanian dan perikanan, melakukan reboisasi dsb. Rasa tanggung jawab kita terhadap alam merupakan investasi jangka panjang, karena semakin sering kita merawat dan menjaga alam, maka alam akan semakin banyak memberikan berkahnya kepada kita.

 

Untuk mengetahui lebih banyak mengenai Kampoeng Kasih, Sahabat SEJIWA dapat menyaksikannya pada link berikut:

 

Yayasan SEJIWA

“Service for Peace”