Apakah kamu pecinta game online? Seberapa sering kamu bermain game online? Bermain game online adalah kegiatan yang memang menyenangkan. Selain mengandung konten yang menarik, permainan game online juga mendorong para pemainnya untuk terus bermain tanpa henti, mencapai level-level permainan yang semakin tinggi. Hal ini dikarenakan game online dapat memunculkan rasa penasaran dan menantang dalam diri para pemainnya. Contohnya saja game online yang terkenal belakangan ini yaitu Player Unknown’s Battlegrounds atau PUBG. Siapa yang tidak pernah mendengar PUBG? Saat ini, banyak anak-anak hingga orang dewasa yang aktif bermain game ini. Game yang bisa dimainkan dengan berkelompok ini memang sangat menarik karena mendorong para pemainnya untuk kompak dan mengatur strategi bersama melawan tim lain. Mereka saling “menghabisi” satu sama lain untuk mencapai kemenangan dalam game ini.

Selain game bergenre battle royale tersebut, banyak juga game edukatif yang biasanya ditujukan untuk media hiburan sekaligus pembelajaran. Sebut saja, game bertema hobi seperti memasak, game bertema olahraga atau game yang mengasah kemampuan otak. Bermain game online memang sangat menghibur dan dapat melepas penat setelah beraktivitas seharian. Beberapa orang menilai bermain game online juga dapat menambah teman baru yang dikenal melalui online. Akhirnya, beberapa dari mereka memiliki kebiasaan bermain game online dengan durasi yang sangat panjang dan frekuensi yang sangat sering. Lalu pertanyaannya, apakah game online juga memiliki dampak negatif bagi diri kita? Tentu saja jawabannya YA.

Banyak sekali pemain game online yang akhirnya ketergantungan secara fisik dan mental terhadap kegiatan bermain game ini. Inilah yang disebut dengan adiksi game online. Adiksi atau kecanduan memang lebih familiar dikenal dalam konteks narkoba. Akan tetapi, sama seperti halnya dengan orang yang kecanduan narkoba, pemain game online yang sudah teradiksi juga sulit sekali lepas dari kebiasaannya tersebut. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-V (DSM-V), dikatakan kriteria adiksi yaitu jika memenuhi setidaknya lima gejala dari set gejala selama periode 12 bulan. Diantaranya, mereka menghabiskan banyak waktunya untuk bermain dan sulit mengendalikan pikiran dan perilakunya. Bahkan waktu yang digunakan untuk bermain semakin meningkat, sehingga kegiatan lainnya menjadi terbengkalai. Banyak yang akhirnya mengabaikan kegiatan di sekolah, hilangnya konsentrasi dalam bekerja, hingga tidak tertarik bersosialisasi karena pikirannya hanya tertuju pada game online. Lebih daripada itu, jika sudah teradiksi game online, para pemain game ini juga merasa cemas jika tidak bermain game online hingga melakukan kebohongan demi game online.

Selain bahaya di atas, banyak juga pemain game online yang tidak mematuhi aturan usia pada game. Padahal banyak sekali game yang mengandung konten kekerasan dan seksual yang tidak tepat untuk usia tertentu. Misalnya saja, batasan usia PUBG Mobile adalah usia diatas 17 tahun, tetapi kenyataannya banyak yang berusia dibawah 17 tahun yang sudah bermain PUBG. Paparan konten kekerasan dan seksual dalam games yang setiap saat dimainkan dapat membuat seseorang menjadi “terbiasa” dengan kekerasan dan seksual. Untuk usia anak-anak, mereka bisa salah kaprah dan mencontoh perilaku yang tampil pada game karena belajar dari konten tersebut. Tentu kita tidak ingin hal ini terjadi pada siapapun bukan?

Selain bahaya yang berdampak pada perilaku dan sosial, nyatanya adiksi game online juga mempengaruhi kesehatan hingga bisa membuat orang meninggal. Contohnya saja kasus Gamer muda asal Inggris, Chris Staniforth yang mengalami pembekuan darah setelah bermain Xbox berjam-jam tanpa henti (The Guardian). Ada juga kasus pemuda 33 tahun asal Cina yang meninggal karena selama bermain, dia jarang minum dan tidur, dan hanya makan ramen instan. Dia pun meninggal karena gangguan jantung dan kurang gizi. Sungguh hal yang mengerikan dan menjadi bukti betapa bahayanya ketergantungan dengan game online.

Kondisi di atas menjadi alarm bagi kita bersama, apalagi saat ini kemajuan teknologi digital semakin canggih. Dikhawatirkan akan semakin banyak lagi kasus seperti di atas karena ketidakmapuan seseorang dalam memanfaatkan teknologi dengan bijak. Dalam hal ini, yaitu orang-orang yang mementingkan kesenangan belaka tanpa melihat dampaknya. Dan juga orang-orang yang sibuk menghabiskan waktunya dengan game online tanpa hidup menjejak di dunia nyata. Untuk mengatasi hal tersebut, kita harus mengetahui bagaimana cara mengatasi adiksi game online. Tentu ini bukan hanya PR bagi para pemain game online agar tidak kecanduan, tetapi juga peran serta keluarga dan sekolah dalam membimbing dan membangun atmosfer kehidupan yang lebih “hidup” dalam arti sesungguhnya.