BINCANG SEJIWA EPISODE 43:
KONDISI PARA TENAGA KESEHATAN KITA DALAM MENGHADAPI TEKANAN DI MASA PANDEMI COVID 19
MINGGU, 28 MARET 2021

BS 43

 

Narasumber :

Dipandu oleh Elsya Sakillah (Program Officer)

 

Bincang SEJIWA episode 43 menghadirkan dr.Gina dan dr.Irandi yang merupakan tenaga kesehatan (nakes) yang turut berjuang di masa pandemi COVID-19. dr. Gina dan dr. Irandi membagikan pengalaman mereka yang menginspirasi selama menjalani tugas di masa pandemi, serta memaparkan tantangan-tantangan yang dihadapi para tenaga kesehatan lainnya.

 

Tugas dr.Gina dan dr.Irandi di Masa Pandemi

dr.Gina saat ini aktif di RSCM FKUI sebagai staf medis dan dokter pendidik klinis. Sebagai staf medis, dr.Gina memberikan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan jiwa, sedangkan sebagai dokter pendidik klinis, dr. Gina melakukan supervisi kepada peserta didik spesialis maupun dokter umum. Saat ini dr.Gina bekerja di rumah sakit yang juga merupakan salah satu rumah sakit rujukan COVID-19, dengan tim yang juga mendapat giliran untuk membantu penanganan pasien yang dirawat karena COVID-19. Selain memberikan pelayanan kepada pasien yang dirawat, dr.Gina juga memberikan pelayanan kepada keluarga pasien yang dirawat, dan juga membantu tenaga kesehatan dan non kesehatan yang bertugas di rumah sakit.

dr.Irandi merupakan dokter spesialis paru yang juga merupakan bagian dari staf pendidik di FKUI dan juga saat ini bertugas sebagai Ketua Satgas COVID-19 dan ketua KSM Paru di RSUI. Selain bekoordinasi dengan bagian manajemen, dr.Irandi juga melakukan pelayanan langsung kepada pasien, sehingga dr.Irandi banyak berhubungan dengan pasien dan keluarga pasien. Selain itu, dr.Irandi juga melakukan praktek di RSUD Tarakan di Jakarta dan juga Mayapada Hospital Kuningan. Selain melakukan pelayanan kesehatan dan menjadi staf pendidik, dr.Irandi juga melakukan berbagai kegiatan penelitian, baik dari FKUI maupun dengan kementerian. Penelitian yang saat ini banyak dilakukan adalah mengenai COVID-19.

 

Tantangan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Masa Pandemi

Selama masa pandemi, para nakes harus banyak beradaptasi dengan perubahan yang ada. Sebagai salah satu contoh, biasanya pelayanan dilakukan dengan tatap muka langsung, dimana para nakes dapat melihat wajah pasien secara langsung. Namun saat ini, pelayanan secara langsung harus disesuaikan dengan menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan face shield, sehingga nakes tidak bisa melihat ekspresi wajah pasien secara keseluruhan. Hal ini cukup berpengaruh, terutama kepada dr.Gina dan para nakes yang bekerja di layanan kesehatan jiwa. Selain melakukan pemeriksaan secara tatap muka, saat ini juga dibuka luas pemeriksaan secara daring melalui video call. Kedua jenis pelayananan tersebut saat ini digunakan, tergantung dari kondisi pasiennya.

Secara umum, tantangan yang dihadapi saat pemeriksaan secara tatap muka adalah tidak bisa melihat wajah langsung karena tertutup oleh APD. Ini termasuk tantangan dalam layanan kesehatan jiwa karena ekspresi wajah bisa bernilai terapik karena menunjukan empati. Namun saat ini sekarang kurang bisa terekspresikan. Selain itu, layanan jarak jauh tantangannya adalah sinyal, ruangan yg privat, suara bising, kuota dsb. Tantangan ini terjadi karena tidak semua orang yang membutuhkan layanan kesehatan jiwa memiliki akses terhadap hal-hal tersebut.

Layanan kesehatan jiwa tidak hanya berbasis di fasilitas kesehatan, tapi ada juga yang bertugas di komunitas, melakukan kunjungan rumah, dan rehabilitasi dalam bentuk kelompok, Di masa pandemi banyak adaptasi yang perlu dilakukan. Ada layanan rehabilitasi yang biasanya berjalan, di masa pandemi ada juga yg tidak bisa berjalan. Sehingga orang-orang yang membutuhkan layanan kesehatan jiwa tidak bisa terlayani, resiko pengobatan terputus, terjadinya kekambuhan dsb.

 

Tantangan Dokter Spesialis Paru di Masa Pandemi

Dokter spesialis paru memiliki peran yang sangat krusial di masa pandemi ini, karena COVID-19 menyerang organ paru. dr.Irandi sebagai dokter spesialis paru melakukan banyak hal baik pelayanan pada pasien, manajemen, dan juga terlibat dalam pengambilan kebijakan di rumah sakit. Pengambilan kebijakan ini harus dipikirkan dengan koordinasi yang matang dari manajemen dan organisasi profesi, Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan. Terlebih lagi pada masa awal pandemi, banyak rumah sakit harus melakukan penyesuaian pelayanan mereka, terutama untuk rawat inap dan isolasi, karena belum semua semua fasilitas kesehatan sudah siap untuk melakukan pelayanan isolasi.

Sebelumnya dokter spesialis paru sudah cukup familiar dengan virus lainnya seperti flu burung, MERS dsb, sehingga sebagian besar dari dokter spesialis paru dipercaya untuk melakukan set up terkait COVID-19, baik dari ruang pelayanan, alur pelayanan, persiapan pemeriksaan dsb. Tantangan lainnya yang dihadapi spesialis paru pada masa pandemi adalah untuk tetap menjaga agar pelayanan paru lainnya tidak terganggu, misalnya untuk penyakit asma, PPOK, tuberculosis, kanker paru dsb.

 

Dukungan untuk Kesejahteraan Para Nakes

Kondisi yang dialami para saat ini bersifat multifaset. Banyak faktor yang terlibat di dalamnya, termasuk kesejahteraan jiwa para nakes. Kesejahteraan nakes berhubungan dengan resiliensi atau ketahanan mental. Namun kemampuan resiliensi tidak ada artinya jika tekanan sistemik yang dihadapi sedemikian besar. Tekanan sistemik yang besar dapat mengganggu resiliensi, yang akan berdampak pada kesehatan jiwa seseorang.

Para nakes di Indonesia harus menghadapi situasi yang sulit, dimana selain harus memberikan layanan kepada para pasien, para nakes juga memiliki peran mereka masing-masing yang tentunya dari setiap peran tersebut dapat menjadi stressor tersendiri. Oleh karena itu, dr.Gina menyampaikan bahwa agar nakes dapat memiliki kesejahteraan jiwa yang baik, beberapa hal yang dibutuhkan para nakes antara lain:

  1. Lingkungan kerja/ sistem kerja yang aman dan suportif (baik materil maupun moril) . Nakes memerlukan lingkungan kerja dimana mereka bisa saling bercerita, bertukar pikiran, dan memiliki sistem kerja dengan waktu istirahat yang cukup sehingga nakes bisa kembali fresh dalam menjalankan tugas. Peer support, briefing dan debriefing merupakan beberapa hal terkait dengan lingkungan dan sistem yang dibutuhkan oleh nakes untuk mencapai kesejahteraan mereka.
  2. Nakes perlu belajar keterampilan yang dapat meningkatkan resiliensi. Jika sistem dan lingkunga kerja sudah tertata baik, maka nakes juga harus bisa menata irama hidup mereka secara teratur.
  3. Dukungan dari lingkungan secara luas/masyarakat mampu menjadi hal positif bagi kesehatan jiwa nakes. Hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mendukung tenaga kesehatan adalah dengan turut berkontribusi terhadap penurunan laju infeksi dengan tertib menerapkan protokol kesehatan.

 

Layanan Pojok Sahabat

Layanan Pojok Sahabat merupakan layanan yang memfasilitasi komunikasi antarakeluarga dengan pasien yang sedang dirawat atau diisolasi. Perawatan COVID-19 memerlukan isolasi, sehingga pasien tidak bisa bertemu dengan keluarga. Sedangkan tidak semua pasien memiliki akses teknologi, sehingga sulit bagi mereka untuk berhubungan dengan keluarga.  Hal ini bisa menjadi stressor tersendiri baik bagi pasien maupun keluarga pasien. Oleh karena itu layanan pojok sahabat hadir untuk memfasilitasi komunikasi keluarga dengan pasien dan juga memberikan dukungan kesehatan jiwa maupun psikososial kepada pasien maupun keluarganya.

COVID-19 merupakan penyakit yang baru, sehingga semuanya dinamis, termasuk reaksi psikologi seseorang saat menghadapi situasi ini juga dinamis. Dari awal Pojok Sahabat dibuka, Pojok Sahabat telah melakukan pengkajian kepada keluarga, Pada awalnya, sebagian keluarga yg datang merasa cemas terhadap perawatan COVID-19. Namun semakin banyaknya informasi yang tersebar dan masayarakat semakin teredukasi, kecemasan keluarga terkait dengan COVID-19 juga berkurang.

 

Peran Masyarakat dalam Mendukung Tenaga Kesehatan

Hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mendukung tenaga kesehatan adalah dengan patuh dan tertib dalam menerapkan protokol kesehatan. Ketika masyarakat bisa tertib, maka hal ini akan menurunkan angka infeksi, yang juga secara langsung dapat meringankan beban para nakes. Para nakes di Indonesia telah banyak berjuang dan melihat banyaknya angka kematian. Jika nakes tidak diberikan waktu untuk berduka, maka hal tersebut akan berdampak pada mereka. Oleh karena itu, masyarakat harus berempati terhadap peranan para dokter. COVID-19 bukan merupakan masalah dari individu ke individu, tapi merupakan masalah bersama yang harus dihadapi bersama dari segala pihak, termasuk masyarakat. Para nakes sudah berjuang untuk melayani pasien, maka sudah sepatutnya masyarakat juga terus berperan dalam menghadapi situasi sulit ini bersama-sama.

 

Kisah dari perjuangan para tenaga kesehatan Indonesia dalam menghadapi COVID-19 selengkapnya dapat disaksikan pada Bincang SEJIWA episode 43.

 

Yayasan SEJIWA

“Service for Peace”