BINCANG SEJIWA EPISODE 46: IBU MASNUAH: KARTINI BARU PENGGERAK PEREMPUAN NELAYAN DEMAK

BINCANG SEJIWA EPISODE 46
IBU MASNUAH: KARTINI BARU PENGGERAK PEREMPUAN NELAYAN DEMAK
MINGGU, 25 APRIL 2021

 BS 46 1

Narasumber :

  • Masnuah (Founder Komunitas Perempuan Nelayan Puspita Bahari Demak)
  • Hidayah (Penggerak Komunitas Perempuan Nelayan Puspita Bahari Demak)
  • Diena Haryana (Pendiri Yayasan SEJIWA)
  • Doni Koesoema A (Pakar Pendidikan Karakter)

Dipandu oleh Elsya Sakillah (Program Officer)

 

Latar Belakang Berdirinya Puspita Bahari

Puspita Bahari merupakan komunitas perempuan nelayan yang didirikan oleh Ibu Masnuah pada tahun 2005. Ibu Masnuah tumbuh dan besar sebagai anak nelayan di lingkungan pesisir. Sejak kecil, Ibu Masnuah telah melihat adanya ketimpangan yang didapatkan oleh para perempuan nelayan. Budaya patriarki yang masih kental di masyarakat pesisir menjadikan perempuan tidak berdaya. Perempuan nelayan tidak memiliki akses terhadap kegiatan, tidak memiliki wadah organisasi, dan dianggap kodratnya hanyalah “dapur, sumur, kasur”. Saat menjadi anak, perempuan nelayan bertugas untuk membantu orang tua mereka, dan saat menjadi seorang istri, perempuan bertugas untuk melayani suami.

Budaya patriarki dan keterbatasan ekonomi menyebabkan perempuan nelayan rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga. Kondisi ini juga yang menyebabkan banyak anak-anak nelayan yang putus sekolah dan terpaksa harus bekerja membantu orang tua mereka di usia yang masih dini.

Dari melihat dan mengalami permasalahan seperti ini, Ibu Masnuah tergerak untuk membentuk komunitas perempuan nelayan yang bisa menjadi wadah bagi para perempuan nelayan untuk mengembangkan diri mereka sehingga mereka bisa berdaya. Puspita Bahari berangkat dari persoalan-persoalan yang dihadari perempuan nelayan, dan bertujuan agar perempuan nelayan memiliki pemberdayaan yang positif dan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.

 

Perjalanan Pupita Bahari

Pada awal berdiri di tahun 2005, Puspita Bahari memiliki 30 anggota perempuan nelayan yang berasal dari wilayah Demak dan sekitarnya. Pada awal perjalannya, Puspita Bahari banyak mendapatkan penolakan dari beberapa pihak, terutama dari para keluarga perempuan nelayan. Masih ada pihak-pihak yang menganggap bahwa gerakan seperti ini merupakan gerakan yang menentang kodrat perempuan. Beberapa pihak menganggap bahwa kodrat perempuan adalah di rumah dan melayani suaminya saja, bukan mengikuti kegiatan organisasi seperti ini. Oleh karena itu Puspita Bahari berdiri untuk memberikan informasi dan mendidik perempuan untuk mengetahui hak-hak mereka.

Pada tahun 2009, Puspita Bahari mulai melakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi dengan memberikan pelatihan pembuatan kripik olahan hasil laut dan makanan lainnya. Sejak saat itu, jumlah orang yang tertarik untuk bergabung dengan Puspita Bahari semakin meningkat.

 

Ibu Hidayah, Sosok Penggerak Puspita Bahari

Ibu Hidayah adalah perempuan nelayan yang merupakan salah satu penyintas kekerasan di dalam rumah tangga. Kondisi ekonomi lah yang menjadikan Ibu Hidayah mendapatkan perlakuan seperti itu. Bahkan anak-anak Ibu Hidayah dulu tidak bisa bersekolah karena keterbatasan ekonomi.

Ibu Hidayah mengatakan bahwa budaya patriarki di masyarakat pesisir masih sangat kental, sehingga perempuan tidak boleh bersekolah tinggi karena dianggap akan kembali ke dapur juga. Oleh karena itu Ibu Hidayah bertekad untuk mengubah budaya tersebut dengan bergabung bersama Puspita Bahari dan menjadi penggerak bagi perempuan nelayan lainnya.

Saat ini, setelah bergabung bersama Pupita Bahari, Ibu Hidayah terus memproduksi hasil laut menjadi makanan-makanan yang menarik. Dari hasil produksi dan penjualan makanan olahan tersebut, Ibu Hidayah bisa kembali menyekolahkan ke empat anaknya hingga ke perguruan tinggi.

 

Dampak KDRT Pada Anak

Kekerasan rumah tangga yang terjadi di wilayah pesisir sebagian disebabkan karena faktor ekonomi atau kemiskinan. Anak-anak yang berada di lingkungan yang miskin sudah merupakan tekanan untuk mereka. Di usia yang masih sangat muda, anak-anak sudah harus berhadapan dengan kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik, sehingga anak tidak bisa sepenuhnya fokus dalam belajar di sekolah. Hal ini berarti, kemiskinan sudah merupakan situasi yang buruk bagi anak. Terlebih jika keluarganya mengalami KDRT, hal ini bisa menjadi trauma tersendiri bagi anak, sehingga harga diri anak semakin terpuruk.

Untuk berkembang dengan baik, anak-anak memerlukan rasa aman dan kasih sayang dari keluarga. Ketika keluarganya mengalami KDRT, anak-anak akan mendengar kata-kata yang kurang baik dari perkelahian orang tuanya. Hal ini yang bisa menjadi trauma tersendiri bagi anak-anak.

Oleh karena itu, dalam kondisi seperti ini yang bisa dilakukan adalah menyelamatkan anak-anak dan juga korban melalui pendampingan dari pihak LSM, pemerintah dsb. Pendampingan ini dilakukan untuk pemulihan kondisi psikis dan juga mengangkat harga diri anak dan para ibu korban KDRT.

 

Capaian Puspita Bahari

Setelah melakukan program pemberdayaan ekonomi perempuan nelayan, para anggota sudah bisa mengolah hasil tangkapan mereka menjadi olahan-olahan yang menarik dan bisa dipasarkan secara lebih luas. Saat ini produk-produk olahan Puspita Bahari sudah bisa dibeli secara online dan bisa dibeli di sentra oleh-oleh. Dengan adanya pemberdayaan ekonomi seperti ini, perempuan nelayan memiliki kemandirian ekonomi, sehingga ketika terjadi kekerasan di dalam rumah tangga, perempuan bisa memilih untuk tetap bersama atau berpisah.

Selain melakukan pemberdayaan ekonomi, Puspita Bahari juga sudah berhasil mengubah identitas KTP perempuan nelayan sebanyak 32 orang yang sebelumnya hanya tertulis sebagai ibu rumah tangga menjadi identitas nelayan. Identitas nelayan ini penting dimiliki oleh perempuan karena dengan adanya identitas tersebut, perempuan nelayan bisa mendapatkan program-program bantuan, perlindungan, asuransi, dsb.

Saat ini Puspita Bahari sudah sangat berkembang dan mendapatkan banyak kepercayaan untuk melakukan penyaluran dan pemberdayaan dari pihak pemerintah, perusahaan dsb. Puspita Bahari juga terpilih sebagai salah satu UMKM terbaik dari 30 UMKM yang berhak mendapatkan pendanaan dari salah satu perusahaan.

 

Untuk dapat menyaksikan kisah dari Puspita Bahari secara lebih lengkap, Sahabat SEJIWA dapat menyaksikannya pada link berikut:

 

Yayasan SEJIWA

“Service for Peace”

 

 

 

Bagikan artikel ini ke:

Facebook
Twitter
LinkedIn