BINCANG SEJIWA EPISODE 56
MENGISI KEKOSONGAN ANAK DENGAN KEGIATAN YANG BERPRESTASI
MINGGU, 11 JULI 2021

 bs56 2

Narasumber :

Dipandu oleh Diena Haryana (Pendiri Yayasan SEJIWA)

 

Latar Belakang Berdirinya Borneo Footbal International Academy (BFIA)

Muhammad Bachrun Bustillo, atau yang biasa dikenal sebagai Pak Bachrun, lahir di Bogota, Columbia pada tahun 1970. Pak Bachrun pertama kali pindah dari Columbia ke Kalimantan pada tahun 2001. Hingga saat ini, Pak Bachrun sudah menetap di Indonesia selama kurang lebih 20 tahun.

Awal mulai Pak Bachrun mendirikan BFIA karena ia melihat banyak potensi yang bisa dikembangkan pada diri anak-anak di Kalimantan Tengah, khususnya terkait dengan sepak bola. Saat pertama kali pindah ke Kalimantan Tengah, Pak Bachrun mengamati bahwa disana belum ada fasilitas yang bisa digunakan oleh anak-anak untuk mengembangkan bakat dan potensi mereka, terutama di bidang sepak bola. Oleh karena itu, Pak Bachrun mulai mencoba membuat lapangan kecil agar bisa digunakan oleh anak-anak setiap minggunya.  Setelah adanya lapangan kecil tersebut, anak-anak di sekitar mulai sering berlatih dan bermain sepak bola di lapangan. Namun saat itu anak-anak masih belum memiliki fasilitas seperti sepatu dan bola dengan kualitas yang bagus untuk mereka bermain.

Oleh karena itu, mulai lah tercetus ide untuk membangun sebuah akademi sepak bola, dimana semua anak baik laki-laki maupun perempuan dapat belajar dan berlatih sepak bola mulai dari nol. Maka dari itu, didirikanlah Borneo Footbal International Academy pada tahun 2015. Pada awal berdiri, jumlah anak tergabung di dalam BFIA adalah sebanyak 14 anak laki-laki usia di bawah 10 tahun. Dalam waktu dua bulan, jumlah anak yang tergabung menjadi semakin banyak yaitu 40 orang, hingga pada bulan Juli tergabung 100 orang anak. Pada awal berdiri, tidak ada anak-anak perempuan yang tergabung di BFIA karena sulitnya mendapatkan izin dari orang tua karena masih banyak orang tua yang menganggap bahwa sepak bola adalah hanya untuk perempuan. Namun lama kelamaan semakin banyak anak yang tergabung, semakin bertambah pula jumlah anak perempuan yang menjadi bagian dari BFIA. Saat ini BFIA sudah memiliki 300 anak binaan, juga tambahan anak dari 15 sekolah di Palangkaraya. Sehingga jika dijumlahkan keseluruhannya, BFIA telah membina kurang lebih 1500 anak.

Tantangan Membangun Sepak Bola Perempuan

Walaupun pada awal berdiri BFIA tidak begitu banyak memiliki anak didik perempuan, namun saat ini sudah sebanyak 30 persen dari anak didik di BFIA merupakan perempuan. Pada awalnya hal ini sulit dilakukan karena masih banyak orang tua yang belum memiliki tradisi bermain sepak bola dan menganggap sepak bola hanyalah olahraga untuk laki-laki. Namun lama kelamaan, karena BFIA juga memiliki program yang rutin setiap dua kali seminggu, maka orang tua lainnya dapat melihat bahwa anak-anak mereka menjadi aktif dan berkegiatan positif sehari-harinya. Orang tua juga dapat melihat bahwa anak-anak yang tergabung di dalam BFIA menjadi memiliki banyak teman, lebih aktif, dan juga bisa belajar banyak hal lain disamping sepak bola. Oleh karena itu orang tua sudah bisa lebih membebaskan anak-anak mereka untuk bisa berkegiatan sesuai dengan minat anak.

Jannah, Pemain Sepak Bola Perempuan

Tuti Nor Jannah, atau yang biasa dipanggil Jannah merupakan pemain sepak bola perempuan berusia 18 tahun yang saat ini tergabung di dalam BFIA. Jannah sudah bergabung bersama BFIA selama 5 tahun. Awal mula Jannah bergabung karena pada saat itu Jannah datang mewakili adiknya pada perayaan ulang tahun BFIA. Adik laki-laki Jannah juga merupakan salah satu peserta di BFIA. Saat hadir di dalam acara tersebut, Jannah merasa terpukau karena ada anak-anak perempuan yang juga tergabung bermain sepak bola. Kebetulan anak perempuan tersebut juga merupakan teman sekolah Jannah. Jannah melihat bahwa teman perempuannya bisa berprestasi dan mendapatkan penghargaan dari sepak bola. Mulai saat itu, Jannah menjadi terinspirasi untuk bergabung bermain sepak bola dan merasakan pengalaman baru yang belum ia rasakan.

Jannah bercita-cita ingin menjadi seorang pemain sepak bola perempuan professional. Ia merasa bahwa saat ini banyak peluang yang terbuka lebar bagi perempuan untuk mengejar karir di bidang sepak bola. Di samping itu, Jannah juga ingin menjadi pribadi yang menginspirasi banyak anak-anak lainnya dengan menjadi pelatih, sehingga ia bisa memberikan semangat dan energi positif pada anak-anak yang memiliki minat dan bakat di bidang sepak bola.

Filosofi dan Nilai dalam BFIA

BFIA memiliki filosofi dan nilai-nilai yang selalu ditanamkan di dalam diri setiap peserta maupun pihak yang terlibat. Salah satu nilai yang paling penting adalah terkait kedisiplinan. Sebagai pemain sepak bola, kedisiplinan di dalam maupun di luar lapangan merupakan hal yang sangat penting. Para pemain anak, meskipun mereka harus rutin latihan, namun mereka juga tidak boleh melupakan tanggung jawab yang lain seperti belajar, mengerjakan tugas, dan membantu orang tua di rumah. Semua hal itu dikerjakan dengan kedisiplinan. Selain itu, BFIA juga sangat menanamkan nilai kesetaraan baik antara laki-laki maupun perempuan. Melalui adanya sepak bola perempuan, BFIA ingin merangkul bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, dan tidak ada penghalang yang membatasinya. Sebelum anak-anak tergabung di dalam BFIA, anak-anak terlebih dahulu dikenalkan mengenai nilai-nilai ini, agar mereka dapat menanamkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, kesatuan antara tim, keluarga anak, Pembina Yayasan, dan staf juga sangat berpengaruh dalam membangun dan mencapai visi misi BFIA. Misi BFIA adalah untuk menjadikan sepak boleh menjadi salah satu hal yang bisa membawa perubahan sosial kea rah yang lebih baik. Melalui kegiatan positif seperti sepak bola, diharapkan anak-anak memiliki kegiatan yang aktif dan positif, sekaligus juga membangun rasa kebersamaan dan empati satu sama lain. Di BFIA juga terdapat berbagai kegiatan edukatif lain yang bisa diikuti oleh anak-anak seperti pendidikan bahasa inggris, mengoperasikan komputer, dan keterampilan lainnya.

Sepak Bola Lebih dari Sekadar Olahraga

Menurut Mas Doni, apa yang telah diceritakan Pak Bachrun mengenai BFIA cukup menggambarkan bahwa sepakbola lebih dari sekedar olahraga. Di dalam sepak bola, individu diajarkan bagaimana caranya berkomunikasi dan berkolaborasi satu sama lain. Selain itu, disiplin baik di dalam maupun diluar lapangan juga menjadi suatu karakter yang ditanamkan di dalam sepak bola. Begitu pula dengan determinasi dari masing-masing pemain.

Apa yang diajarkan dari sepak bola merupakan pelajaran kehidupan. Seseorang bertumbuh dan berkembang di dalam proses menjalani kehidupannya sehari-hari. Bagi para anggota BFIA, proses latihan dan kegiatan lainnya merupakan proses mereka bertumbuh di dalam kehidupan. Anak-anak yang tergabung di dalam BFIA dapat mengisi waktu luang mereka dengan berlatih, dimana kegiatan ini tentunya menjauhkan anak-anak dari kegiatan yang kurang bermanfaat.

Dalam konteks Pendidikan karakter, latihan yang dilakukan di sepak bola, kedisiplinan, dan keyakinan akan menghantarkan anak-anak hidup dengan baik di masyarakat. Anak juga bisa menjadi agen perubahan, karena apa yang dilakukan di sepak bola oleh individu akan berpengaruh terhadap kelompoknya. Hal ini akan memotivasi individu untuk memiliki ketekunan dan memberikan yang terbaik untuk orang-orang di sekitarnya.

 

Untuk menyaksikan lebih lanjut mengenai Borneo Football International Academy, Sahabat SEJIWA dapat menyaksikannya pada:

Yayasan SEJIWA

“Service for Peace”