BINCANG SEJIWA EPISODE 58
SPESIAL HARI ANAK NASIONAL: ANAK TERLINDUNGI, INDONESIA MAJU (KITA BUAT LINGKUNGAN HIDUP LEBEBAE)
MINGGU, 25 JULI 2021
Narasumber :
- Rohika Kurniadi Sari, SH,M.Si (AsDep Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan)
- Kezia Tulalessy (Ketua Komunitas Anak Lebebae)
- Nico Tulalessy (Ayah Kezia, Pendiri Ambon Ukulele Kids Community)
- Diena Haryana (Pendiri Yayasan SEJIWA)
- Doni Koesoema A (Pakar Pendidikan Karakter)
Dipandu oleh Andika Zakiy (Program Coordinator)
Kezia Tulalessy, Anak Peduli Lingkungan
Kezia Arabelle Tulalessy atau yang biasa disapa Kezia merupakan anak berusia 15 tahun yang juga merupakan Ketua Komunitas Lebebae, komunitas anak yang bergerak di bidang lingkungan. Sebagai seorang anak, Kezia menjalani tugas dan perannya layaknya anak-anak seusianya. Di balik kesibukannya dalam mengelola komunitas, Kezia tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang anak dan seorang pelajar, diantaranya membantu orang tua di rumah dan belajar.
Di dalam Komunitas Lebebae, Kezia dan teman-temannya melakukan beberapa kegiatan, di antaranya adalah kegiatan angkat dan daur ulang sampah, penanaman pohon, serta sosialisasi baik di dalam maupun di luar komunitas. Selain itu, Kezia juga tergabung di dalam Komunitas Anak Cinta Laut yang juga dipimpin oleh temannya yang merupakan anggota Komunitas Lebebae. Di Komunitas Anak Cinta Laut, kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah diving sekaligus mengangkat sampah dan transplantasi karang.
Saat ini Komunitas Lebebae memiliki sekitar 60 orang anggota. Adanya pandemi COVID-19 ini tidak menjadi penghambat bagi Kezia untuk tetap melakukan kegiatan di komunitas, tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, Kezia dan kawan-kawannya juga mulai memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan sosialisasi secara online dan saling sharing secara online mengenai isu lingkungan.
Peran Orang Tua Kezia dalam Membangun Anak yang Penuh Empati
Karakter Kezia sebagai seorang anak yang penuh empati tentunya tidak bisa terlepas dari pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya. Nico Tulalessy merupakan ayah dari Kezia. Sejak muda, Mas Nico sudah terlibat sebagai aktivis perlindungan anak di Ambon, Maluku. Pada tahun 2002/2003, Mas Nico bekerja di Save the Children untuk mengkampanyekan hak-hak anak melalui lagu-lagu yang dibuatnya. Sejak banyak terlibat di dalam aktivitas perlindungan anak, Mas Nico menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu terkait perlindungan anak.
Sejak kecil, orang tua Kezia sering mengajak Kezia menghadiri kegiatan-kegiatan bersama anak-anak, termasuk perayaan Hari Anak Nasional. Sejak kecil juga, Kezia sudah dikenalkan dengan kegiatan orang tuanya, sehingga ia mulai familiar dengan apa yang dikerjakan oleh orang tuanya. Saat memasuki masa SMP, Kezia mulai aktif berkegiatan dan pada saat kelas 1 SMA, Kezia mulai membentuk komunitasnya sendiri, yaitu Komunitas Lebebae yang bergerak di bidang lingkungan.
Kedekatan Kezia dengan Orang Tuanya
Hubungan Kezia dengan kedua orang tuanya sangatlah dekat. Kezia selalu menceritakan apapun yang terjadi pada dirinya kepada kedua orang tuanya. Orang tua Kezia juga sangat terbuka dan mau mendengarkan cerita dari anak-anaknya. Biasanya Kezia bercerita dan berdiskusi dengan keluarganya ketika makan bersama keluarga. Apapun yang terjadi dalam kesehariannya ia ceritakan kepada orang tua, begitu pula ketika Kezia mengalami kesulitan, ia tidak segan untuk meminta saran dan masukan dari kedua orang tuanya. Komunikasi yang terbuka seperti ini memungkinkan Kezia untuk selalu bersikap terbuka dan berdiskusi dengan orang tuanya mengenai hal apapun.
Sebelum tergabung di dalam Komunitas Ukulele, Kezia termasuk anak yang pemalu dan sulit berinteraksi dengan orang lain. Dulu keseharian Kezia hanyalah di kamar bersama laptop dan buku-bukunya. Saat Kezia SMA, papa dan mamanya memberikan saran padanya untuk bergabung di Komunitas Ukulele untuk menambah aktivitas dan juga menambah teman. Kedua orang tua Kezia memberikan nasihat bahwa seseorang perlu terbuka dan mau berinteraksi dengan orang lain. Orang tua Kezia rutin mengajak Kezia berdiskusi dan meyakinkan Kezia untuk keluar dari zona nyamannya. Berkat nasihat orang tuanya, Kezia mulai bergabung dengan Komunitas Ukulele. Sejak awal bergabung, Kezia merasa senang karena ia merasa memiliki keluarga dan teman-teman baru dari komunitas tersebut. Sejak saat itu, Kezia menjadi lebih suka berinteraksi dengan orang lain, hingga akhirnya ia membentuk komunitasnya sendiri, yaitu Komunitas Lebebae.
Awal Mula Kezia Terjun ke Isu Lingkungan
Sejak kecil, Kezia dibesarkan di dalam keluarga yang sangat mencintai kebersihan. Mamanya selalu menekankan untuk menjaga kebersihan baik di rumah maupun di luar rumah sejak kecil. Kezia kecil sudah terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya. Saat Kezia mulai beranjak besar, ia suka berjalan kaki dan berenang di pantai bersama dengan teman-temannya. Namun saat mereka berenang, Kezia menyadari bahwa pantai yang seharusnya bersih dan indah justru menjadi kotor karena banyaknya sampah yang berserakan. Setelah melihat hal tersebut, Kezia bercerita kepada orang tuanya bahwa pantai yang biasanya indah sekarang menjadi kotor karena banyaknya sampah. Orang tua Kezia memberikan saran bahwa jika ingin membersihkan sampah di pantai, hal tersebut tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu adanya kerjasama dengan teman-teman lainnya untuk saling mendukung dan membersihkan pantai. Oleh karena itu, sejak saat itu Kezia mulai tergerak untuk mengajak teman-temannya untuk membersihkan sampah di pantai. Dari situ lah Kezia mulai membentuk Komunitas Lebebae pada 18 Agustus 2020 dengan anggota awal berjumlah 20 anak yang sampai saat ini terus bertambah.
Pengasuhan Berbasis Hak Anak
Menurut Ibu Rohika (AsDep Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan), anak luar biasa seperti Kezia dibangun oleh orang tua yang memiliki konsep pengasuhan yang baik. Anak-anak dapat tumbuh secara fisik, psikis, mental, moral, spiritual, dan sosialnya melalui pengasuhan yang baik dan berbasis hak-hak anak. Orang tua membangun tumbuh kembang anak sesuai dengan hak anak dan juga melibatkan kasih sayang dan kelekatan. Semua hal yang dilakukan oleh orang tua harus berdasarkan pada kepentingan terbaik bagi anak. Dengan adanya pengasuhan seperti ini, maka anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, penuh empati, dan mampu mengembangkan minat dan bakat mereka.
Pengasuhan dual parenting yang melibatkan ayah dan ibu akan membangun anak menjadi lebih kuat. Kelekatan anak pada ayah dan ibunya akan menumbuhkan kepercayaan anak kepada orang tua, sehingga anak memiliki rasa kepercayaan diri dan keterbukaan kepada orang tua. Selain itu, kelekatan ini juga membuat anak akan merasa gembira saat bersama dengan orang tuanya. Melalui konsep pengasuhan seperti ini, orang tua akan lebih mudah menanamkan nilai-nilai yang ingin dimiliki oleh anak.
Untuk menyaksikan kisah Kezia secara lebih lengkap, Sahabat SEJIWA dapat menyaksikannya melalui link di bawah ini:
Yayasan SEJIWA
Service for Peace