Bincang Sejiwa Episode 78
Inspirasi dari Sekolah Eksperimental Mangunan: Rintisan dan Warisan Romo Mangun
Minggu, 03 April 2022
Narasumber:
Diena Haryana – Pendiri Yayasan SEJIWA
Doni Koesoema A – Pakar Pendidikan Karakter
Rm Basilius Edi Wiyanto, Pr – Kepala Kantor Yayasan Dinamika Edukasi Dasar
Agustinus Windu Aji – Guru Musik SMP Eksperimental Mangunan
dipandu oleh Elsya Sakillah
Awal Mula Mengenal Romo Mangun
Romo Edi mulai bergabung di Yayasan Dinamika Edukasi Dasar sejak tahun 2013. Sebelumnya Romo Edi tidak mengenal Romo Mangun dan karya-karya beliau. Pada tahun 2017, Romo Edi mulai belajar tentang apa yang menjadi kreasi Romo Mangun.
Sosok Romo Mangun di Mata Romo Edi
Romo Mangun adalah salah satu sosok yang concern dalam bidang pendidikan sejak dahulu. Dalam perjalanan Romo Mangun membuat dirinya terarah untuk membantu orang miskin dan lemah. Romo Mangun ingin menjadikan orang miskin menjadi lebih bermartabat. Mulai tahun 1989 Romo Mangun mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar yang concern terhadap pendidikan orang miskin. Romo Mangun ingin menghadirkan manusia yang eksplorator, creator, dan integrat. Konsep pendidikan yang diajarkan Romo Mangun digambarkan dalam Pohon Kurikulum Mangunwijaya yang artinya adalah menggambarkan pribadi yang tumbuh seperti pohon yang ditumbuhkan di suatu tempat. Yang menjadi akar adalah identitas dan orientasi diri sehingga menghasilkan guna dan cipta. Matahari bukan menjadi agama yang masuk ke dalam pohon, tetapi menjadi alam tempat ia tumbuh. Konsep ini juga dijadikan landasan dasar saat penggunaan kurikulum 2013 di Sekolah Eksperimental Mangunan. Romo Mangun sudah memikirkan sebuah ekosistem yang masih relevan dengan sekarang sejak dahulu. Ketika ingin menumbuhkembangkan siswa, guru adalah hal utama sebagai pendamping siswa. Meletakan hati pada anak adalah memberikan perhatian. Anak dilatih untuk mengalami dan mencoba, membuat pertanyaan dan percobaan. Anak diajarkan untuk bersolidaritas bukan untuk bersaing.
Sekolah adalah masyarakat. Sekolah mengintegrasikan 3 sumber belajar, formal, non formal, dan informal. Kemudian gagasan ini ditafsirkan sebagai sekolah sebagai komunitas. Sekolah adalah masyarakat sebagai komunitas Pembelajar terwujud dengan menghidupkan iklim semangat belajar eksploratif, kreatif, dan integratif.
Komponen dan faktor pembentuk komunitas yang belajar mengajar adalah materi yang disampaikan generative-produktif, mendorong dan mendukung pribadi agar semakin terdorong untuk produktif dalam menemukan gagasan dan menciptakannya. Pembelajar adalah pelaku yang aktif-kreatif. Pembelajaran memiliki kemampuan kritis-refleks sehingga menemukan makna di balik aktivitas penelitian yang dialami. Terjadi Kerjasama antar elemen dalam komunitas. Guru dan murid berbagi gagasan dan inspirasi sebagai kesaksian dari tumbuh kembangnya. Dan ketika proses aktivitas eksplorasi, refleksi, dan Kerjasama terjadi. Sehingga terwujudnya budaya sekolah yang menumbuhkembangkan nilai bersama. Ketika ingin menumbuhkan anak dalam pendidikan dasar diperlukan 7 modal dasar yaitu: karakter, mental-spiritual, penguasaan bahasa, orientasi diri, logika kuantitatif dasar, kerja sama, penguasaan piranti, dan kebugaran.
Sekolah sebagai komunitas pembelajar memuat beberapa komponen yaitu: guru pembelajar yang punya hati, kurikulum organis, pengembangan-pendampingan pelaku perubahan, festival literasi, iklim belajar eksploratif-kreatif-integral.
Kegiatan Pembelajaran Seni Musik di Sekolah Eksperimental Mangunan
Pada sekolah eksperimental mangunan terdapat pembelajaran khas seperti jotak pertanyaan, majalah meja dan mysik itu sendiri. josep belajarnya pun tidak dimulai dari nada, tidak dimulai dari anak bisa bernuanyi, tetapi dari bagaimana naka dipahamkan bahwa musik pendidikan itu mengajak anak untuk merespon bunyi. Berikutnya di pahamkan musik merupakan harmonisasi dari beberapa elemen dan utamanya adalah bunyi dan hening.
tujuan musi di sekolah eksperimental mangunan ini yaitu untuk membangun kepekaan anak di sekitarnya, bagaimana anak merespon bunyi dan kepekaannya. Harapannya dengan melatih kepekaan bujan hanya terhadap bunyi tetapi juga terhadap situasi yang ada di sekitar anak. inti dari konsep eksperimentasi bagaimana anak-anak mengeksplorasi apa yang ada di sekitarnya, sumber-sumber belajar di sekitarnya. Mengkreasikan dari hasil evaluasinya serta merasakan, merenungkan dan memaknai dari temuan-temuan yang sduah didapatnya dari proses pembelajaran.
Mengembangkan Kreativitas dan Eksplorasi Anak di Sekolah Eksperimental Terkait Musik
Anak-anak di ajak untuk merespon bunyi, untuk musik yaitu dengan lagu dan nada, serta bermain musik. namun di musik oendidikan anak bosa merespon bunyi apa saja. anak dapat memaknai bunyi sesai dengan kreativitasnya yang ada pada dirinya. Setiap anak memiliki talenta masing-masing dan mesti dikembangkang dan tidak bisa dipaksakan dengan hanya berdasarkan satu sisi saja. Pada musik oendidikan ini anak ridak wajib untuk mengekspresikannya dalam bentuk nada tetapi bisa dalam bentuk lainnya. Kemudian masuk ke nada dan alat musik lainnya. namun masih di beri ruang untuk membangun kreativitasnya. alat musik kreatif sesuai dengan yang bisa dibuat oleh anak ataupun yang dikuasi anak. Itulah proyek-proyek yang dikembangkan. Proyej musikal anak-anak diajak untuk membuat dan berkolaborasi dengan musik-musik kreatif yang mereka buat untuk menghibur teman-teman lainnya.
Beri ruang kepada anak untuk menggapai mimpinya serta beri ruang untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Apa yang dimiliki anak diharapkan orang tua dapat membantu serta mendapampingi sesuai dengan situasi serta perkembangan saman pada saat ini. sehingga orang tua harus mampu menyikapi perkembangan zaman digital saat ini.
Bagi sahabat sejiwa yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Sekolah Eksperimental Mangunan dapat menyaksikan pada link di bawah: