BINCANG SEJIWA EPISODE 87
ANAK MUDA HEMAT MENEBAR KEBAIKAN LEWAT LINGKUNGAN DAN KESENIAN
MINGGU, 21 AGUSTUS 2022
Narasumber:
Doni Koesoema A. – Pakar Pendidikan Karakter
Dr. Uswadin, M.Pd. – Pengembang Labschool UNJ
Syazwan Luftan Riady – Ashoka Young Changemaker (WIS Komunalian)
Maria Angelita – Creative Designer & Ashoka Young Changemaker (Main Bareng Project)
Moderator: Andika Zakiy, S. Kesos – Koordinator Program
Awal Mula WIS Komunalian
WIS Komunalian dibentuk sejak Luftan SD dengan cara mengumpulkan anak-anak untuk mau berkontribusi terhadap masalah lingkungan yang ada di Jember. Luftan dan teman-teman sebelum membentuk WIS Komunalian, bergabung dalam Sekolah Alam Raya. Sekolah Alam Raya memiliki kegiatan yang mengajarkan siswanya untuk dapat berkontribusi menyelesaikan masalah lingkungan di Jember seperti dengan mengunjungi desa-desa dan melihat sungai-sungai yang tercemar karena banyak warga yang membuang plastik ke sana. Sehingga, dengan dibentuknya WIS Komunalian, Luftan ingin menekankan bahwa ada cara lain yang bisa manusia lakukan untuk melestarikan lingkungan daripada harus mengotori lingkungan dengan membuang sampah ke sungai atau membakar sampah.
Konsep dan Kegiatan WIS Komunalian
WIS Komunalian menggunakan tema 3R yaitu Reduce, Reuse & Recycle yang merupakan landasan dasar dalam berkegiatan. Terdapat kegiatan trash walk yaitu mengumpulkan sampah dari desa dan sungai yang ada disekitarnya. Kemudian sampah-sampah tersebut dipilah lagi yang nantinya dibuat menjadi ecobrick yaitu batu bata ramah lingkungan dengan cara sampah plastik tersebut digunting san dimasukan ke sampah botol plastik. Ecobrick dibuat untuk menahan sampah plastik agar tidak terbuang ke laut dan tidak membakar sampah. WIS Komunalian memiliki 15 anggota untuk yang terstruktur dan mencapai 600-an anak yang berdampak mengikuti kegiatan di 10 sekolah Kabupaten Jember. WIS Komunalian juga memiliki project 3R Center yang dilakukan di sekolah-sekolah untuk siswa yang dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler dan memberikan edukasi tentang cara 3R dan ecobrick.
Tantangan yang Dihadapi WIS Komunalian
WIS Komunalian memiliki kesulitan yang bisa dibilang sangat besar karena mereka harus menanamkan pemikiran serta kebiasaan baru dan menghapus kebiasaan lama yang sudah dilakukan manusia sejak dulu. Sehingga dalam menjalankan programnya melalui sekolah-sekolah, WIS Komunalian memiliki tantangan dalam mengurus surat perizinan dan berkomunikasi dengan pihak sekolah. Walaupun, anak-anak belum memiliki pengetahuan tentang pelestarian alam atau belum memahami cara penyelesaian masalah di lingkungan alam, tetapi komunikasi yang dijalankan kepada anak-anak lebih mudah.
Awal Mula Main Bareng Project
Main Bareng Project dibentuk sejak tahun 2017. Berawal dari Lita dan teman-teman yang suka jalan-jalan dan menemukan terdapat anak-anak yang berkumpul bermain gawai setelah sepulang sekolah di balai desa karena orangtuanya masih bekerja dan di rumah tidak ada orang. Sehingga mereka berinisiatif membuat kegiatan di balai desa untuk mengisi waktu dengan jelas kepada anak-anak. Kegiatan yang dilakukan adalah menggambar dengan mengikuti tematik. Setelah menggambar, anak-anak bisa bercerita dan refleksi tentang gambar yang dibuatnya dan bagaimana gambar tersebut relate dengan kehidupannya.
Konsep dan Kegiatan Main Bareng Project
Dalam program online, Main Bareng project memberikan fasilitas ke anak-anak untuk tetap bisa berkreasi dan tetap menggunakan tematik melalui buku kecil berisikan tema-tema. Pada setiap daerah yang dikirimkan fasilitas, ada co-leader yang membimbing teman-temannya bisa melalui zoom atau langsung. Selain itu, co-leader juga dapat mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang mau diajukan anak-anak kepada Main Bareng Project. Terdapat beberapa lokasi Main Bareng Project dalam kegiatan offline yaitu di Yogyakarta daerah Gunung Kidul, Wonosari dan daerah Sleman terutama di Rumah Baca Lereng Berapi. Untuk mengirim fasilitas menggambar ada di dua tempat yaitu Jakarta dan Kalimantan.
Tantangan yang Dihadapi Main Bareng Project
Sama seperti WIS Komunalian, Main Bareng Project memiliki kesulitan dalam mengajak kerja sama dengan pihak sekolah. Kesulitan yang dihadapi yaitu mereka harus berkomunikasi dengan pihak sekolah tentang manfaat, tujuan dan konsep dari programnya serta mengurus surat perizinan. Selain itu, karena Main Bareng Project dilakukan secara offline, maka saat pandemi ini terdapat beberapa perubahan yang dilakukan secara online. Sehingga melalui online, kedekatan dengan anak-anak sangat berbeda. Respon Sekolah terhadap Kegiatan yang dilakukan Luftan dan Lita
Untuk mengajak sekolah harus melalui komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal bisa dengan membuat surat perizinan. Sedangkan komunikasi informal dengan melakukan pertemuan diluar sekolah atau bertemu guru dan kepala sekolah untuk menjelaskan ide kegiatan yang mau dilakukan di sekolah tersebut. Dengan komunikasi yang tepat dan penyampaian yang jelas seharusnya sekolah dapat merespon dengan baik. Jika ada kegiatan atau idenya yang positif, maka sekolah mau berkolaborasi dan sangat mungkin pihak sekolah merespon adanya pengajuan kegiatan yang inovatif dan positif.
Pembentukan Karakter melalui Pengalaman Lita dan Luftan
Luftan dan Lita sebagai karakter yang kuat dapat membantu anak-anak muda membentuk karakter baik seperti mereka. Ada 2 hal yang menarik dari mereka. Dari sisi Luftan lebih fokus pada bagaimana lingkungan lebih berkelanjutan serta cakupannya yang lebih global. Dalam hal ini, kita membutuhkan anak-anak yang memiliki pola pikir yang luas. Sedangkan, Lita lebih mengarah cara berpikir bagaimana manusia berimajinasi dan berekspresi sebagai salah satu cara komunikasi melalui ide dan cita-cita mereka. Hal tersebut, membuka potensi untuk menemukan cita-cita mereka. Jadi, ekspresi, warna, dan seni menjadi hal fundamental yang dimiliki manusia dalam rangka pembentukan karakter setiap individu. Hal tersebut, yang awalnya dari imajinasi membantu anak-anak untuk membentuk realitas yang nyata. Kemudian, mereka juga tidak lepas dari adanya dukungan keluarga. Keluarga menawarkan pengalaman kepada anak-anak seperti keteladanan orangtua yang nantinya akan terekam oleh anak-anak. Sehingga, hal tersebut akan membentuk karakter mereka. Oleh karena itu, pembentukan karakter dari Lita dan Luftan tidak lepas dari peran orangtua dalam mendampingi dan memberi pengalaman kepada mereka.
Cara Keluarga Mendidik Lita dan Luftan Agar Memiliki Karakter yang Baik
Berdasarkan pemaparan Lita, pendidikan dalam keluarga yang didapat berasal dari hal-hal kecil. Lita mulai menggambar dari kecil bersama ayah. Kemudian, orangtua Lita juga berusaha menyempatkan diri untuk mengantar dan menjemputnya di sekolah. Saat mengantar dan menjemput mereka membiasakan untuk saling bertukar cerita. Melalui hal tersebut, Lita bisa mendapatkan pemahaman tentang apa saja yang akan dilakukan nantinya serta refleksi dari apa yang telah dilakukannya. Hal tersebut juga berlaku ketika Lita menggambar. Melalui hal itu, Lita secara tidak langsung melakukan komunikasi dengan orangtua.
Sedangkan, pendidikan dalam keluarga yang didapat Luftan sejak kecil sudah menerapkan perilaku ramah lingkungan yang dimulai dari hal kecil. Seperti, membawa tas belanja sendiri ketika berbelanja. Melalui hal kecil tersebut mampu menginspirasi Luftan untuk memulai penerapan perilaku ramah lingkungan. Hal tersebut, menjadi pemantik Luftan untuk menciptakan empati terhadap lingkungan mulai terbentuk. Menurut Luftan orangtua memiliki peranan penting di dalam keluarga karena anak akan meniru apa yang mereka dengar, lihat, dan rasakan akan membentuk karakter anak.
Peran Guru dan Sekolah dalam Membentuk Karakter Anak dengan Baik
Peran guru sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Sebagai guru harus memberi contoh yang baik pada anak-anak agar mereka mendapatkan informasi pengetahuan serta dapat melihat bahwa adanya tindakan nyata dalam hal baik yang dilakukan oleh para guru. Sekolah juga bisa merubah tradisi kurang baik yang ada di keluarga menjadi tradisi yang baik. Jadi, peran sekolah sangat penting untuk membentuk karakter positif pada anak.
Cara Lita dan Luftan Memanfaatkan dunia Digital dalam Menyampaikan Pesan Baik Mereka
Lita sudah berkecimpung di platform dunia digital dan melihat banyak orang memiliki minat ke arah dunia digital. Lita memanfaatkannya dengan mendirikan komunitas online, seperti kelas filsafat dan wirausaha. Selain itu, Lita juga membuat digital magazine yang mana anak-anak di luar sana dapat mengirimkan karya mereka. Lalu, Lita juga memanfaatkan podcast untuk menyalurkan bidang-bidang yang mereka tekuni. Sedangkan menurut Luftan, media digital menjadi salah satu unsur yang penting untuk menyuarakan isu-isu penting. Seperti, melalui podcast kita bisa memanfaatkan media digital untuk membagikan cerita-cerita baik kepada banyak orang.
Bagi Sahabat SEJIWA yang ingin tahu lebih lanjut tentang WIS Komunalian dan Main Bareng Project, dapat menyaksikannya pada link di bawah ini:
YAYASAN SEJIWA
“Service for Peace“