BINCANG SEJIWA EPISODE 88: MEMBANGUN EKOSISTEM POSITIF DAN BERDAYA DI KAMPUNG PEMULUNG

BINCANG SEJIWA EPISODE 88
Membangun Ekosistem Positif dan Berdaya di Kampung Pemulung
Minggu, 4 September 2022

Presentation1

Narasumber:

Diena Haryana – Pendiri Yayasan SEJIWA

Hardiansyah – Sekretaris dan Konselor Adiksi Yayasan Swara Peduli Indonesia

Donie Koesoema – Pendiri Character Education Consulting

Moderator : 

Afriyani Rahmawati – Partnership Coordinator

 

Pada Bincang Sejiwa kali ini, kami mengundang salah satu sosok inspiratif yang memiliki kepedulian besar terhadap masalah dan kebutuhan populasi anak jalanan, yakni Hardiansyah selaku sekretaris dan konselor Adiksi Yayasan Swara Peduli Indonesia. Berangkat dari latar belakang kehidupan Bapak Hardiansyah yang tumbuh sebagai anak jalanan sejak usia dini, hingga akhirnya mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan setelah banyak terlibat dalam kegiatan sosial, organisasi, dan peer educator. Bapak Hardiansyah membulatkan tekadnya untuk konsisten membantu anak jalanan yang mempunyai permasalahan serupa dengan beliau melalui Yayasan Swara Peduli Indonesia. Bapak Hardiansyah memiliki harapan bahwa hadirnya wadah yang luas, seperti wadah untuk melanjutkan pendidikan dan mendorong pengembangan minat -bakat anak di Yayasan Swara Peduli Indonesia dapat membantu anak-anak tersebut untuk terus berkembang dan mengejar cita-cita.

 

Mengenal Yayasan Swara Peduli Indonesia

Yayasan Swara Peduli Indonesia yang sudah berdiri sejak tahun 1998 pertama kali dirintis oleh Ikatan Muda Muhammadiyah yang saat itu memang fokus pada populasi anak-anak jalanan. Mereka memberikan berbagai layanan untuk membantu populasi anak jalanan, seperti pendidikan di jalanan dan memberikan akses untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka di beberapa komunitas yang masih berlanjut hingga saat ini. Komunitas tersebut terletak di beberapa wilayah di Jakarta Timur, yakni Jatinegara dengan komunitas anak-anak manusia silver, kemudian di Klender dengan rata-rata anak beraktivitas sebagai penjual tisu dan pengemis, serta komunitas pemulung di Kampung Sumur. Untuk saat ini Yayasan Swara Peduli Indonesia sedang memfokuskan kegiatan di wilayah ketiga, yaitu kampung pemulung. Sejak kunjungan pertama kali pada tahun 2016, ditemukan berbagai masalah di lingkungan tersebut, salah satunya keadaan anak-anak di wilayah RT.01 yang tidak memiliki kegiatan apa pun dan hanya bermain saja. Kondisi tersebut kemudian mendorong Yayasan Swara Peduli Indonesia melaksanakan kegiatan berbasis komunitas di komunitas pemulung. Alasan lain yang mendasari Kampung Sumur dijadikan sebagai wilayah prioritas bagi Yayasan Swara Peduli adalah keterbatasan SDM, pertimbangan skala prioritas yayasan, kepadatan populasi, dan kompleksitas masalah yang lebih dari daerah lain. Meskipun tidak seaktif layanan di kampung pemulung, layanan di wilayah lain seperti di komunitas anak-anak manusia silver masih terus dijalankan melalui kegiatan konseling, pendampingan pendidikan untuk kejar paket, dan pemberian kebutuhan dasar, seperti paket sembako.

 

 

Fokus Layanan dan Program Yayasan Swara Peduli Indonesia

Meskipun pada mulanya yayasan hanya berfokus pada pemberian layanan pendampingan bagi anak-anak marginal, seiring berjalannya waktu dan setelah menimbang kompleksitas ruang apabila membahas permasalahan terkait anak, yakni adanya keterlibatan keluarga dan lingkungan dalam tumbuh kembang anak, Yayasan Swara Peduli Indonesia kemudian mengembangkan fokus kegiatan rutin untuk anak dan kegiatan pemberdayaan bagi orang tua di komunitas pemulung. Beberapa program kegiatan rutin untuk anak, meliputi kegiatan Sanggar Genius setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu, Sanggar Quran setiap hari Jumat dan Sabtu, serta Weekend Ceria yang melibatkan anak dan relawan yang telah diseleksi. Untuk saat ini kegiatan pendidikan yang dilaksanakan dalam sanggar-sanggar tersebut masih fokus bagi anak usia sekolah, yakni usia SD dengan melibatkan berbagai relawan dari anak muda yang nantinya akan membentuk suatu sistem pengurusan untuk melaksanakan kegiatan bagi anak-anak dalam sanggar tersebut. Relawan anak muda yang kemudian bergabung dalam kegiatan Yayasan Swara Peduli Indonesia direkrut yayasan melalui salah satu platform kerelawanan.

Sedangkan untuk program pemberdayaan masyarakat, yayasan mendirikan green house seluas lima puluh meter persegi untuk budidaya melon hidroponik yang berjumlah kurang lebih 160 lubang tanam, dan lahan tambahan seluas 170 meter persegi untuk pengembangan rumah produksi, melon yang dipanen akan dipasarkan kepada berbagai stakeholder dan relasi yayasan. Program ini juga semakin berkembang dengan hadirnya dukungan dari berbagai CSR, seperti PLN dan Wika. Keterlibatan masyarakat dalam pemberdayaan ini diharapkan dapat mendorong perubahan standar hidup dan stigma yang melekat pada mereka. Kondisi tersebut terbukti ketika berbagai pihak pemerintah yang kemudian ikut berpartisipasi dan berinteraksi dengan masyarakat komunitas pemulung dalam panen melon yang diselenggarakan, momentum semacam itulah yang kemudian juga terus membangkitkan semangat bagi masyarakat komunitas pemulung dalam menjalankan kegiatan yayasan. Meskipun pada akhirnya banyak manfaat yang didapatkan komunitas pemulung melalui kegiatan yayasan, hal tersebut tidak terlepas dari penolakan yang muncul pada awal kegiatan tersebut dilaksanakan. Pada awalnya masyarakat banyak merasa terganggu dan memandang sebelah mata kegiatan tersebut, salah satunya karena keterlibatan anak pemulung dalam kegiatan rutin setiap hari mengakibatkan penurunan pendapatan bagi orang tua pemulung yang biasanya membawa anak mereka untuk bekerja. Pada tahun 2016 yayasan juga sempat terlibat dalam pengadaan layanan rehabilitasi korban penyalahgunaan napza khusus anak setelah sebelumnya sempat mendapatkan pelatihan dari Badan Narkotika Nasional (BNN). Yayasan Swara Peduli Indonesia bekerja sama dengan Institusi Penerima Wajib Lapor Balarenik yang memiliki fasilitas rehabilitasi di daerah Bogor, melakukan rehabilitasi, terapi, konseling individu, dan konseling keluarga  terhadap ratusan anak yang menjadi korban penyalahgunaan napza. 

 

Pendidikan Karakter Education Consulting

Untuk melakukan intervensi ke anak jalanan dan manusia silver, dapat kita berikan alternatif kegiatan lain yang relevan dengan bakat dan minat. Hal yang ditekankan adalah membuat anak jalanan memiliki rasa ‘memiliki’ dan rasa ‘berharga’, sebagai contoh Pak Doni pernah mendampingi anak jalanan untuk melakukan pentas seni, dalam kegiatan tersebut anak jalanan memiliki peran untuk membuat suatu pentas, sehingga muncul rasa berharga dan mereka dapat mendapat benefit dari kegiatan tersebut. Melakukan intervensi kepada anak jalanan tidak semudah membalikan telapak tangan. Apalagi karena anak jalanan tak jarang diperintah oleh orang tuanya untuk bekerja di jalanan. Dalam hal ini, yayasan tidak hanya melakukan intervensi pada anak, tetapi juga orang tua anak. Yayasan Swara Peduli Indonesia senantiasa melakukan intervensi langsung, dengan cara home visit, edukasi psikososial, memberikan pengetahuan parenting, dan pemahaman mengenai hak-hak anak. Kegiatan untuk memberdayakan anak jalanan perlu memerlukan waktu panjang dan konsistensi dalam pelaksanaanya. 

 

Saksikan Bincang SEJIWA Episode 88 :

https://youtu.be/-GUDqwl4Eis 

Bagikan artikel ini ke:

Facebook
Twitter
LinkedIn