BINCANG SEJIWA EPISODE 89
BERBAGI LEWAT CARA BARU, MENDONGENG MENGGUNAKAN BAHASA ISYARAT
MINGGU, 18 SEPTEMBER 2022

34 1 1

 

Narasumber:

Dony Koesoema A. – Pendiri Character Education Consulting

Dr Uswadin, M.Pd – Pengembang Labschool UNJ Ahli Pendidikan Karakter

Rizka Azaria Usa Lizhardy, M.Psi, Psikolog – Founder Tuli Mendongeng

Moderator: Andika Zakiy

Awal Mula/Latar Belakang Komunitas Tuli Mendongeng

Di tahun 2019, komunitas tuli dongeng ini merupakan kegiatan hasil dari kegiatan liburan seminggu di Malang bersama teman. Pada liburan tersebut kita merasa bahwa kegiatan yang dilakukan kurang produktif sehingga terpikir bagaimana kita membuat suatu kegiatan dengan kelebihan masing-masing. Di lain sisi juga diberitahu bahwa teman-teman tuli yang lulus sarjana dari Universitas Brawijaya mengalami kendala dalam mencari pekerjaan dimana pada tahun tersebut masih kurangnya lowongan pekerjaan untuk disabilitas. Dari hal itu, dibuatlah pelatihan mendongeng untuk teman-teman yang tuli dimana setelah melakukan pelatihan tersebut dapat menjadi pendongeng di Sekolah Luar Biasa. Dari kegiatan tersebut mendapatkan antusiasme yang tinggi pada teman-teman tuli dan pendengar yang tuli sehingga terciptalah komunitas tuli mendongeng.

Penggunaan kata Tuli dibanding Tunarungu dalam Komunitas Tuli Mendongeng

Penggunaan kata Tuli disini adalah lebih menunjuk kepada subjek dan bukan kata sifat tidak seperti Tunarungu yang mana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti tuna adalah ketidakmampuan atau ketidak milikan/ketidakpunyaan sedangkan mereka ini hanya memiliki gangguan pendengaran saja. Selain itu, ada penerimaan dari mereka dimana lebih menyukai dipanggil Tuli dibanding Tunarungu.

Awal Pemberian Pengajaran, Metodologi, dan Kendala 

Pengajaran pertama kali dilakukan kepada Mahasiswa Universitas Brawijaya dimana juga bekerja sama dengan PSLD (Pusat Studi Layanan Disabilitas) yang berfungsi untuk memastikan bahwa Mahasiswa disabilitas dapat melakukan pembelajaran yang baik dengan menyediakan pendamping di setiap kuliah. Dalam melakukan pelatihan tersebut sudah direncanakan dengan membagi hari dimana hari pertama latihan basic ekstraksi dan gesture dan di hari kedua latihan praktik ke adegan. Dalam praktiknya tidak terlalu sulit dikarenakan mereka menggunakan bahasa isyarat model ekstraksi dan gesture sehingga tidak perlu mengajarkan kembali tetapi menambahkan emosi ke dalam cerita agar penjiwaannya lebih dapat. Metode yang dilakukan dalam latihan adalah dengan melatih 5 emosi dasar yaitu malas, takut, bahagia, sedih, dan cemas. Emosi dasar tersebut dilakukan berulang-ulang agar mereka mendapatkan ekspresi yang sesuai dikarenakan mendongeng harus menggunakan emosi yang cukup banyak. Dalam latihannya juga dilakukan secara pelan-pelan dari hal dasar sehingga tidak membuat mereka kesulitan dalam mempelajarinya dikarenakan kondisi yang berbeda dari yang lain.

Dalam melakukan pelatihan tersebut sudah menyebar ke masyarakat umum di tahun ke-4 ini dimana sudah ada siswa SMA dan adik remaja untuk melakukan pelatihan mendongeng dan menjadi pendongeng. Tetapi untuk menjadi pendongeng sendiri tidak bisa hanya latihan sehari atau dua hari saja dan membutuhkan jam terbang tinggi dikarenakan mendongeng membutuhkan keahlian yang berani, percaya diri, dan sebagainya. Tantangan dalam melatih tersebut adalah bagaimana menjaga semangat teman-teman tuli untuk mendongeng di depan umum.

Pentingnya Penanaman Karakter Pada Anak-Anak Melalui Dongeng

Proses pembentukan karakter pada anak-anak dapat dilihat berdasarkan kisah dongeng tersebut dimana terdapat tokoh yang baik ataupun kurang baik sehingga pendongeng dapat menjelaskan tokoh mana yang dapat kita ikuti. Dari sini terlihat adanya proses mentransfer nilai, pembentukan nilai, dan karakter bagi anak-anak. Orang tua bahkan sering memberikan dongeng kepada anak-anaknya mengenai kepahlawanan atau keteladanan perbuatan yang baik. Dalam konteks Pendidikan karakter sendiri adalah sebuah sikap empati jadi bukan hanya simpati klo simpati itu kita bersama dengan mereka sedangkan empati itu kita mengakuisisi perasaan orang lain dalam diri kita dan kita berusaha menempatkan diri di dalam perasaan orang lain dan ikut merasakan suka dukanya contohnya teman-teman tuli itulah kemudian yang membangkitkan komunitas teman tuli tadi yang kemudian berbagi cerita bersama karena ingin sungguh-sungguh ada suatu dunia bersama yang dipahami bersama dan membuat dunia itu menjadi tempat yang lebih indah untuk dijalani dan pembentukan karakternya niat untuk membuat teman-teman tuli yang lain juga bisa mendengarkan cerita itu.

Bagaimana Menanamkan ke Anak-Anak Sekolah Mengenai Anak yang Berbeda Dari Mereka

Dengan kegiatan labs care yang kita tanamkan di sekolah dimana itu ada yang menghibur anak-anak di tempat yatim piatu, anak-anak yang kurang beruntung dan ini salah satu cara menanamkan empati dan simpati supaya dia juga bisa terbangun rasa untuk saling menghargai dan nantinya tidak mendiskriminasi dan tidak mengucilkan sehingga bisa jadi teman. Selain itu, pemerintah juga sudah membuat undang-undang no 8 tahun 2016 adalah tentang disabilitas. Pemerintah pun memiliki peran dan perhatian yang tinggi untuk masalah disabilitas bahkan ada staf khusus presiden yang ternyata disabilitas tuli.

Tantangan Komunitas Tuli Mendongeng

Tantangan pertama adalah masih banyaknya konsep charity model di masyarakat yang menganggap bahwa kaum disabilitas itu kaum yang perlu diberi, dikasihan, dan terus diperhatikan sehingga kita kampanyekan ke konsep social model tentang bagaimana kita bisa menyetarakan antara teman-teman tuli dengan teman-teman non-tuli sehingga bisa terciptanya masyarakat inklusif dimana teman-teman tuli dan teman-teman non-tuli itu berdampingan dan saling bermanfaat satu sama lain bahkan mungkin teman nontuli perlu belajar dari teman tuli.

Tantangan kedua adalah menjaga semangat teman-teman tuli untuk berani mendongeng didepan umum karena di awal memang belum banyak mereka yang diberi kesempatan untuk tampil didepan umum sehingga tampil di depan umum bagi mereka itu kesempatan-kesempatan yang langka dan kita selalu mendukung mereka jadi jika kita mau pertunjukan kita bisa persiapannya dua minggu sebelumnya dan latihannya bisa 5 kali online/offline sehingga kita benar-benar pastikan bahwa teman-teman tuli ini sudah percaya diri dengan apa yang disiapkannya.

Tantangan ketiga adalah terkait dana karena kita komunitas yang berbasis tumbuh dimasyarakat jadi kendalanya dana sehingga kita harus mencari dana atau mencari lembaga-lembaga yang mau mendukung kegiatan-kegiatan kami agar bisa berjalan tapi diantara tantangan-tantangan itu banyak kebahagiaannya.

Tantangan keempat adalah pandemi dimana harus mengubah segala bentuk/cara komunikasi dari offline ke online dan sempat vakum selama 6 bulan lebih. Sebelumnya kita terus melakukan acara-acara offline dimana kita bertemu langsung dengan anak-anak bisa ketawa bareng, bisa main game bareng, dan bisa seseruan bareng tapi tiba-tiba harus online akhirnya kita ganti program yang mana awalnya program utamanya melatih teman-teman mendongeng dan juga melakukan pertunjukan dongeng di ganti menjadi menulis buku dongeng dimana kita menulis buku berbahasa isyarat dan kita bagikan secara gratis ke teman-teman tuli.

Pesan Kepada Anak Muda

Kepada para anak muda harus lebih dapat berpikiran secara terbuka, memiliki kepedulian, dan kepekaan dalam menyelesaikan masalah yang ada disekitar.

Bagi sahabat sejiwa yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Mendongeng Menggunakan Bahasa Isyarat dapat menyaksikan di bawah ini:

Berbagi lewat cara baru, Mendongeng Menggunakan Bahasa Isyarat – Bincang SEJIWA Eps.89 – YouTube