BINCANG SEJIWA EPISODE 91: MEMBANGUN LINGKUNGAN SEKOLAH YANG KONDUSIF DAN TOLERANSI

BINCANG SEJIWA EPISODE 91
Membangun Lingkungan Sekolah yang Kondusif dan Toleransi
Minggu, 16 Oktober 2022

Slide1 1

Narasumber:

Drs. Ismu Prihanto, M.Kom – Kepala Sekolah SMAN 45 Jakarta Utara

Dr. Uswadin, M. Pd, – Pengembang Labschool UNJ  dan Ahli Pendidikan Karakter

Doni Koesoema A – Pendiri Character Education Consulting

Moderator : 

Andrian Novita Indahsari

SMA N 45 Jakarta Utara adalah sekolah yang berlokasi di Kelurahan Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara. Sekolah ini memiliki kurang lebih 800 murid yang mayoritas berasal dari Kelapa Gading. Saat ini SMA N 45 Jakarta Utara dikepalai oleh Kepala Sekolah Bapak Drs. Ismu Prihanto, M.Kom. Kegiatan belajar mengajar di sekolah terbilang kondusif karena lokasi sekolah berada di kompleks perumahan sehingga jauh dari kebisingan jalan dan kemacetan, akses menuju ke sekolah juga mudah. 

SMA N 45 Jakarta Utara memiliki berbagai kegiatan untuk mengembangkan siswa-siswinya, yaitu dengan membangun budaya toleransi dan budaya kebersamaan melalui menciptakan sekolah yang nyaman dan aman bagi siswa. Selain itu adanya budaya positif senyum, sapa, salam, serta kebersihan yaitu dengan merawat dan menjaga fasilitas sekolah. Budaya positif tersebut untuk mendukung profil siswa yang ingin diwujudkan oleh SMA N 45 Jakarta Utara, yaitu Profil Pelajar Pancasila dengan tujuan mendukung siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Universitas sehingga diberikan bekal akademis untuk siswa-siswi.

Fasilitas di SMA N 45 Jakarta Utara sudah memadai dan sarana prasarananya pun lengkap sehingga menciptakan rasa aman dan nyaman kepada siswa. SMA N 45 Jakarta Utara menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi yaitu dengan memberikan fasilitas beribadah kepada siswa muslim maupun nonmuslim, jadi disediakan tempat untuk ibadah bagi siswa non muslim. Hal ini dikarenakan karakteristik siswa yang heterogen sehingga perbedaan yang ada menjadi hal yang menyatukan. Toleransi yang diberikan tidak hanya dalam bentuk fasilitas fisik saja tetapi juga dalam bentuk waktu, misal ada perayaan hari agama tertentu, maka kegiatan sekolah dapat diatur agar dapat memberi waktu dan kesempatan bagi siswa merayakan hari keagamaannya untuk beribadah.

Nilai toleransi yang dibangun pada guru, siswa, dan seluruh warga sekolah di SMA N 45 Jakarta Utara diterapkan melalui berbagai kegiatan di sekolah. Yaitu melalui pengajaran di kelas dan ekstrakurikuler, dalam hal ini semua guru berperan dalam membangun nilai toleransi. Melalui pengajaran di sekolah seperti pada saat mata pelajaran PPKn, diterapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan. Dalam hal ini toleransi memiliki dampak yang baik, seperti mengurangi bullying dan meningkatkan kesadaran siswa dan guru akan nilai persatuan. 

Terkait dengan toleransi, Bapak Dr. Uswadin, M. Pd, selaku pengembang Labschool UNJ  dan Ahli Pendidikan Karakter menyampaikan bahwa dengan belajar mengenai toleransi, anak juga belajar untuk menghargai orang lain. Tantangan dalam mengembangkan nilai toleransi pada anak di era digital ini adalah bahwa upaya menghargai orang lain di dunia digital tidak semudah penerapan di kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa tulisan sangat diutamakan dalam dunia digital sehingga diperlukannya kehati-hatian agar dalam menyampaikan kepada orang lain tidak menimbulkan salah penafsiran. Pesan yang bertujuan baik belum tentu dapat diterima dengan baik juga karena kondisi yang tidak tepat. Untuk dapat mewujudkan toleransi yang baik di dunia digital, anak perlu benar-benar bijak dalam menggunakan perangkat digital yang tentunya terus diiringi dengan pengawasan dari orang tua. Peran orang tua sangat penting dalam mengingatkan anak untuk menerapkan norma yang diajarkan di sekolah dan keluarga termasuk ketika berinteraksi dengan sesama melalui perangkat digital. Komunikasi yang terbanggun dengan baik dan kebiasaan saling menghormati antara anak dan orang tua memiliki pengaruh yang besar dalam membangun budaya toleransi pada anak. 

Bapak Doni Koesoema A, selaku pendiri Pendidikan Karakter Education Consulting juga menyampaikan pendapat yang serupa bahwa keluarga memiliki peran penting dalam penanaman nilai-nilai keragaman dan toleransi dalam diri anak. Kemudian seiring perkembangan anak, pembelajaran akan nilai toleransi akan diperkuat dengan lebih sistematis ketika memasuki proses pendidikan, baik melalui berbagai mata pelajaran maupun pelaksanaan ekstrakurikuler. Nilai-nilai toleransi juga akan semakin terwujud ketika ada sarana fisik untuk mempraktikkan secara langsung. Proses pembentukan karakter, termasuk toleransi sejak dini diawali melalui contoh keteladanan yang diberikan oleh orang tua kepada anak. Pada akhirnya untuk menghadapi tantangan dalam penerapan toleransi perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu bentuk implementasi toleransi adalah menanamkan perilaku menghargai dan menghormati perbedaan agama dan keyakinan pada diri anak. Dengan membangun karakter anak yang penuh toleransi akan mendorong anak dalam memandang suatu perbedaan sebagai kekayaan bangsa sekaligus menerapkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Saksikan Bincang SEJIWA Episode 91:

 

Bagikan artikel ini ke:

Facebook
Twitter
LinkedIn