BINJANG SEJIWA Episode #06
“Kreatifitas Sekolah dalam Menguatkan Seluruh Potensi Anak”
Minggu, 04 Juli 2020
Narasumber :
- Doni Koesoema A. (Pakar Pendidkan Karakter)
- Diena Haryana (Pendiri Yayasan Sejiwa)
- Hj. Nurhafni, M.Pd (Kepala SMA Negeri 7 Pekanbaru, Pengurus PGRI Provinsi Riau Biro Pemberdayaan Perempuan)
Pada Episode 06 kali ini, Bincang Sejiwa menghadirkan Ibu Nurhafni sebagai Kepala SMA Negeri 7 Pekanbaru yang merupakan salah satu sekolah keren versi Kemdikbud. SMAN 7 Pekanbaru memiliki banyak program yang berkaitan dengan pendidikan karakter, seperti sarapan di sekolah, pemilihan Sekolah Ramah Anak, simulasi bencana, dan masih banyak lagi.
“Saya percaya bahwa kualitas pendidikan suatu bangsa bergantung dari kualitas pendidiknya. Keikhlasan dan ketulusan dari pendidik berpengaruh positif terhadap peserta didik. Kami mengajarkan pendidikan karakter seperti berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan, selalu menjaga kebersihan (misalnya mencuci tangan dengan baik), serta ada agenda sarapan bersama di sekolah.” (Nurhafni, Kepala SMAN 7 Pekanbaru)
Sekolah yang dipimpin oleh Ibu Nurhafni kerap kali mendapatkan apresiasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 2018, SMAN 7 Pekanbaru mendapatkan anugerah Sekolah Sahabat Keluarga. Sementara pada tahun 2017, ketika ibu Nurhafni memimpin SMAN 4 Pekanbaru, sekolah tersebut juga mendapat predikat sebagai Sekolah Keren versi Kemdikbud. Ibu Nurhafni menjelaskan bahwa kerja keras, kerja tuntas, keikhlasan, kemauan, dan kerja sama bersama bapak ibu guru, masyarakat, orang tua, anak-anak merupakan kunci dalam kesuksesan itu semua.
Ibu Nurhafni juga memaparkan bahwa keberhasilan yang diraihnya tidak lain merupakan pengamalan dari Tri Pusat Pendidikan, yaitu kolaborasi antara sekolah (bapak dan ibu guru, serta sarana dan prasarana di sekolah), orang tua, dan masyarakat dalam mendidik karakter anak. Di SMAN 7 Pekanbaru, terjalin pola komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua, melalui program hari pertama masuk sekolah orang tua mengantarkan anaknya, mengikuti upacara bendera, dan bertemu dengan wali kelas untuk mengkomunikasikan pendidikan yang dijalankan di sekolah tersebut. Orang tua juga diundang untuk menyaksikan penampilan anak-anaknya ketika pentas seni di sekolah. Hal ini membuat anak senang dan orang tua bangga. Selain itu, ada juga paguyuban orang tua melalui grup di sosial media serta kelas inspirasi yang mengundang orang tua siswa untuk memberikan edukasi terkait profesi.
Menanggapi prestasi yang telah ditorehkan Ibu Nurhafni, Mas Doni menambahkan bahwa perubahan dalam satuan pendidikan harus bermula dari hati. Mas Doni melihat bahwa Ibu Nurhafni memiliki hati untuk mendidik anak-anak. Setelah ada nilai dari hati, dilengkapi pula oleh adanya paradigma atau cara berpikir pendidikan karakter secara utuh dan menyeluruh.
“Pendidikan karakter idealnya melibatkan Tri Pusat Pengajaran, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan karakter juga bisa terbentuk dalam kegiatan rutin sehari-hari di sekolah, seperti makan bersama, mengajarkan sopan santun, kebersihan, dan juga anak-anak yang menjadi duta yang diharapkan mampu menginspirasi tentang pentingnya menjaga lingkungan. Berjalannya hal ini tidak terlepas dari faktor kepemimpinan yang sangat penting seperti gagasan Pak Nadiem Makarim tentingnya pentingnya kepala sekolah yang mempunyai visi transformative. ” (Doni Koesoma A.)
Sejalan dengan Mas Doni, Mbak Diena juga melihat bahwa keberhasilan Ibu Nurhafni juga kuncinya ada pada komunikasi yang sangat baik dengan bapak ibu guru di sekolah, orang tua, dan pemangku kepentingan lain sehingga arus komunikasi tentang yang mau dituju tidak ditutup-tutupi sehingga semua orang bisa memahami dan mendukung tujuan tersebut.
“Komunikasi yang baik akan terbangun ketika kita mengetahui tujuan bersama. Setelahnya baru kita bisa membangun tim yang baik, dengan orang tua, guru, dinas pendidikan, dan sebagainya. Ibu Nurhafni memiliki tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang yang diulang-ulang sehingga orang orang-orang di sekitarnya bisa mengikuti.” (Diena Haryana)
Mbak Diena ketika menjadi salah satu juri Sekolah Keren dari Kemdikbud juga melihat bahwa Ibu Nurhafni itu cukup kreatif. Hal ini dibuktikan dengan adanya kreasi kursi yang dibuat dari daur ulang botol plastik. Selain itu, ada pula bank sampah yang dipilah dan dijual ke sekolah. Hal ini mengajarkan tentang peduli lingkungan hidup dengan cara yang kreatif, dan ketika anak tahu tujuannya apa dan disampaikan dengan cara yang baik, anak-anak tersebut bisa mengikuti. Kreatifiatas Ibu Nurhafni juga tampak pada program untuk membangkitkan minat orang terhadap sekolah melalui budaya Melayu (musik, tarian) yang dihadirkan di sekolah untuk membangkitkan harga diri anak.
Ibu Nurhafni percaya bahwa setiap anak lahir dengan potensi. Apabila hal itu dikembangkan dan difasilitasi, maka bisa membuat anak berkembang. Ibu Nurhafni mencoba memfasilitas hal tersebut melalui adanya program pemilihan duta di sekola. Selain itu, anak juga ditanya tentang hobi kemudian diarahkan kepada program pemilihan duta maupun ektrakulikuler yang tersedia di sekolah. Ibu Nurhafni melihat bahwa jika keinginannya terpenuhi, anak akan suka dengan kegiatan sekolah. Jika anak diberi kebebasan, ia akan senang dan muncul kreatifitasnya.
Dalam menjalani perannya sebagai pendidik, ibu Nurhafni menghadapi dinamika dengan tantangan yang tidak sedikit. Namun, Ibu Nurhafni berprinsip bahwa “jangan memandang sesuatu dari sudut pandang masalah, namun lihatlah dari sudut pandang solusi sehingga kita menjadi sukses”. Ketika ada masalah, segera tangani dan yang paling penting adalah niat kita tulus ikhlas sehingga tantangan itu bisa dilewati.
Dalam pesan penutupnya, Ibu Nurhafni mengajak para pendidik untuk mengamati, mengidentifikasi, dan mengasah bakat setiap anak. Beri ruang yang cukup untuk anak sehingga ia mampu mengembangkan minat bakat tersebut dan menjadikan anak bahagia dalam menjalani proses pendidikan. Kita harus selalu belajar karena kalau kita berhenti belajar, maka kita berhenti menjadi guru. Mari kita menjadi teladan melalui peduli, empati, dan komunikasi yang baik dengan orang tua, siswa, bapak ibu guru, dan masyarakat. Sekolah bisa menjadi tempat untuk anak berekreativitas, dan orang tua serta guru berperan mengembangkan kreativitas tersebut.
Salam damai,
Yayasan SEJIWA
“Service for Peace”