Cerpen Aku Netizen Unggul #1 : Tentang Aldy dan Keluarganya

 Tentang Aldy dan Keluarganya

Namanya Aldy, anak laki laki berusia 14 tahun, anak tunggal dalam keluarganya. Dia bersekolah di sebuah SMP di Jakarta, kelas 8. Dia pelajar yang berprestasi, senang berolahraga, patuh pada orang tua dan guru, tampan, cukup baik dalam bergaul dengan teman-temannya, walau ia sedikit pemalu. Aldy juga jujur, bertutur kata santun, dan menjaga perilakunya. Semuanya berjalan baik-baik saja dalam hidupnya, hingga suatu hari peristiwa ini mengubah drastis kehidupannya.

Seperti anak-anak remaja yang lain, Aldy juga pengguna internet. Kedua orang tuanya sudah meminjamkan gawai sejak berusia 13 tahun dan memberikan arahan yang baik agar ia dapat memanfaatkan internet dengan penuh tanggung jawab. Mereka mengajarkan kepada Aldy agar dapat menyaring apa saja yang baik untuk dikonsumsi dan apa saja yang perlu dihindari dalam penggunaan internet. Keduanya juga sering mengajak diskusi tentang hal-hal yang Aldy temukan di dunia internet dan memastikan agar ia lebih banyak berinteraksi dengan keluarga, teman-teman, dan lingkungannya daripada berada di ranah online. Aldy juga membagikan password medsosnya (media social) kepada kedua orang tuanya, sehingga mereka bisa mendampingi Aldy di dunia maya.

Seperti juga di dunia nyata di mana hal-hal baik serta hal-hal yang membahayakan anak bisa terjadi, di dunia mayapun ada kebaikan serta keburukan yang bisa ditemukan. Sebagai orang tua dari anak satu-satunya, mereka sadar tentang kebaikan dan keburukan di dunia internet, sehingga mereka kompak untuk menjadi pendamping dan pelindung Aldy, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Namun, di keluarga yang seharmonis ini pun, ada kejadian yang perlu kita pelajari.

Pada suatu hari, Aldy pulang dari sekolah dan menangis. Ia tampak sangat sedih dan tertekan, kemudian Bundanya bertanya apa yang terjadi. Aldy terdiam dan sulit menjawab pertanyaan Bundanya. Hal itu tentu membuat Bunda sangat khawatir melihat kondisi Aldy. Perlahan-lahan setelah sang Bunda menguatkan dan menghiburnya, Aldy mau membuka diri. Inilah kisahnya…

Aldy          : “Bunda, beberapa orang di grup WA anak laki-laki di kelasku, … mereka mengirimkan banyak sekali kata-kata yang menyakitkan di grup WA dan di Facebook ku”, ia terbata-bata menjelaskan.

Bunda      : “Mereka mengatakan apa saja? Kenapa mereka seperti itu, Nak? … apa yang terjadi?”, Bunda Aldy bertanya secara beruntun dengan penuh kekhawatiran.

Namun Aldy tak kuasa menjawab. Ia memperlihatkan gawainya pada Bundanya. Bunda Aldy langsung membuka grup WA kelas Aldy. Di sana banyak kata-kata cemoohan maupun melecehkan yang ditujukan pada Aldy: “Aldy looser banget sih lo!”, “Aldy sok alim”, “Aldy sok suci”, “Aldy kayak banci aja…”, dan berbagai macam lagi kata-kata yang tak menyenangkan ada di sana. Dari sana Sang Bunda juga menelusuri Medsos Aldy yang lain, ternyata sama, banyak kata-kata tak layak yang ditujukkan kepada putra yang sehari-harinya bersemangat dan ceria ini. Sang Bunda tak kuasa menahan emosinya, namun ia mencoba memahami apa yang telah terjadi. Ia pun bertanya pada Aldy

Bunda      : “Nak, teman-temanmu kenapa jadi begini? Apa yang telah terjadi?”, Bunda Aldy menuntun Aldy untuk duduk di sofa, dan Bunda pun duduk di samping Aldy. Aldy menelungkupkan kepalanya di pangkuan Bunda sambil terisak-isak, dan Bunda menenangkannya sambil mengusap kepalanya.

Setelah tenang, perlahan-lahan Aldy duduk dan mulai bercerita. Bunda pun fokus mendengarkan pengakuan putranya. Sungguh sulit Bunda mempercayai pengakuan Aldy, karena ia tak pernah membayangkan hal seperti ini bisa terjadi pada putranya.

Aldy bercerita bahwa beberapa temannya saling berbagi gambar-gambar tak senonoh di grup WA. Mereka bercandaria mengomentari gambar-gambar tersebut dengan kehebohan mereka. Aldy tak tahan melihat ini semua. Aldy sangat tertekan. Ia merasa apa yang dilakukan teman-temannya sangat tak pantas. Ia merasa harus menyampaikan hal ini kepada Ibu Guru, yang bernama Ibu Ria. Aldy memiliki kedekatan yang sangat baik dengan Ibu Ria. Aldy percaya Ibu Ria akan bisa menyelesaikan masalah ini dengan bijak. Dengan perasaan yang bercampur aduk, antara harus atau tidak menyampaikan pada Bu Ria, sementara ia juga khawatir akan ada dampak buruk yang akan terjadi pada dirinya. Namun, didikan kedua orang tuanya untuk yakin kepada kebenaran, mendorongnya untuk datang kepada Ibu Ria. Ia memperlihatkan gambar-gambar tersebut kepada Beliau. Ibu Ria menahan rasa marahnya melihat gambar-gambar tersebut, namun ia berterima kasih pada Aldy yang telah memberikan informasi ini. Aldy berpesan pada Ibu Ria agar namanya tidak disampaikan kepada teman-temannya. Ibu Ria meyakinkan Aldy bahwa ia akan aman karena Beliau tidak akan menyampaikan nama Aldy pada teman-temannya.

Keesokan harinya, Ibu Ria memanggil semua anak-anak lelaki yang hadir di hari itu untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Ibu Ria memanggil anak-anak ini dengan mengambil waktu yang tepat ketika Aldy dan seorang siswa dari kelas lain sedang mewakili sekolah untuk mengikuti lomba pidato berbahasa Inggris di sekolah lain. Pertemuan yang Ibu Ria lakukan bersama anak-anak lelaki di kelas Aldy dilakukan di waktu istirahat di dalam kelas. Ibu Ria menunjukkan foto-foto tak senonoh yang telah dikirimkan Aldy di HP Ibu guru kepada mereka. Mereka sangat terkejut dan marah, karena salah satu dari mereka telah menjadi pengkhianat. Ada tiga orang siswa lelaki yang tidak ikut dalam pertemuan dengan ibu Ria tersebut. Setelah pertemuan itu, anak-anak mencari tahu kira-kira siapa yang telah jadi pengkhianat di antara mereka. Mereka semua telah bersumpah satu sama lain bahwa mereka tidak melakukannya. Hal itu membuat mereka berkesimpulan bahwa si pengkhianat adalah salah satu dari 3 siswa lelaki yang tidak ada dalam pertemuan tersebut. Dua anak lelaki yang tidak ada dalam pertemuan tersebut rupanya sakit. Setelah saling beradu pendapat, mereka semua berkesimpulan bahwa yang mengadukan perbuatan mereka pastilah Aldy. Mungkin karena selama ini Aldy tak mau terlibat dalam tukar menukar gambar-gambar yang kurang layak tersebut di grup Whatsapp, dan tak mau pula memberikan komentar-komentarnya.

Demikianlah, anak-anak tersebut kemudian mengekspresikan kekesalan mereka terhadap Aldy lewat Whatsapp dan Facebook Aldy, sehingga Aldy menjadi bulan-bulanan banyak anak-anak di sekolah tersebut. Hal inilah yang membuat Aldy menanggung rasa kecewa, marah, malu, dan sangat tertekan. Tak hanya itu, mereka juga mengolok-olok Aldy secara langsung di kelas, di luar sepengetahuan Ibu Ria. Dua hari ia bertahan, namun akhirnya ia tak mampu lagi menahan segala pertahanan dirinya, karena teman-teman mengucilkan dan mulai melakukan intimidasi. Sejak itu Aldy merasa perutnya sering sakit, gemetar saat melihat gawai, berpikir bahwa ketika ia datang ke sekolah teman-temannya akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Hari ini ia tumbang.

Pesan:

  1. Perundungan baik secara langsung atau secara online mengakibatkan korban tertekan, tak berdaya, marah, dilecehkan, dan tak berharga. Korban membutuhkan dukungan penuh dari orang-orang dekat yang mencintainya agar semangat dan rasa percaya dirinya kembali pulih.
  2. Perundungan apapun alasannya tidak boleh dilakukan oleh siapapun kepada siapapun.
  3. Guru perlu menginformasikan kepada korban tentang apa yang akan dilakukan dan meyakinkan agar korban merasa aman

 

Bagikan artikel ini ke:

Facebook
Twitter
LinkedIn