Apakah sobat SEJIWA sudah ada yang pernah menonton film pendek karya SEJIWA
berjudul Balance? Jika sudah, pasti kalian tahu pesan positif apa yang ingin SEJIWA
sampaikan. Ya, Film Pendek Balance dibuat untuk mengingatkan kita semua tentang
pentingnya menyeimbangkan hidup kita. Ada sebuah lelucon yang menarik, yaitu dahulu kala
dunia hanya dibagi menjadi dua : dunia nyata dan dunia gaib. Akan tetapi, saat ini ada satu
dunia baru yaitu dunia online. Keseimbangan dunia nyata dan dunia online ini lah yang diangkat
menjadi tema film ini.
Sudah tidak asing ketika di jalan kita melihat orang-orang asyik sendiri main dengan
gadget-nya. Atau orang-orang yang sedang berkumpul dengan teman-temannya ataupun
keluarganya, tetapi sibuk sendiri chatting atau scroll feed di media sosial milik mereka. Kadang-
kadang ada orang yang mem-posting sesuatu di media sosial, misalnya saja foto akrab dengan
orangtuanya, tetapi sebenarnya itu sebuah kepalsuan. Mereka hanya ingin terlihat “baik” dan
“positif” di media sosial untuk mendapatkan respon positif dari pengikut mereka. Beberapa
orang menyebutnya sebagai manusia “Pengemis Likes”. Duuh mengerikan ya..
Tema inilah yang juga ingin diangkat di film Balance. Terkadang kita hanya fokus pada
dunia online saja, tetapi mengabaikan sekitar kita, orangtua atau sahabat-sahabat kita yang
mungkin membutuhkan kita untuk mendengar cerita mereka. Bahkan ada juga kasus dimana
ketika kecelakaan terjadi, orang-orang justru sibuk memfoto dibandingkan menolong.
Kebiasaan buruk dengan gadget ini seolah mengikis rasa empati kita terhadap orang lain. Kita
menjadi makhluk egois dan individualis. Padahal, kita pun tidak bisa hidup tanpa bantuan orang
lain. Seperti ungkapan yang familiar di tengah masyarakat bahwa kita adalah Makhluk Sosial.
Akan tetapi saat ini muncul pemikiran baru bahwa kita seolah sanggup hidup dengan gadget
saja. Sebuah pemikiran yang salah.
Kita tentu tidak ingin diacuhkan. Kita tentu ingin dihargai dalam kehidupan. Di sisi lain,
kita juga berhak maju dan hidup berdampingan dengan teknologi kekinian. Tidak salah. Akan
tetapi, kita harus bisa mengelola waktu dengan bijak. Masuk ke dunia nyata dan online dengan

adil dan tetap membangun sikap dan perilaku positif dalam berbagai lini kehidupan. Jangan
sampai kita dikontrol oleh gadget kita. Kalau sampai kita dikontrol oleh gadget kita sendiri, lalu
pertanyaannya, siapa yang sesungguhnya menjadi robot? Kita atau gadget?