BINCANG SEJIWA Episode 80
Lestarikan Lagu Anak bersama Komunitas Peduli Lagu Anak Indonesia (Kapella Indonesia)
Minggu, 08 Mei 2022

Presentation1 1 1Narasumber:

Shendy Ristandi (Kapten Kapella Indonesia) 

Diena Haryana (Pendiri Yayasan SEJIWA) 

Doni Koesoema A (Pendiri Pendidikan Karakter Education Consulting)

dipandu oleh Elsya Sakillah (Partnership Coordinator SEJIWA)

 

Zaman terus berkembang, kemajuan teknologi pun semakin pesat. Salah satunya perkembangan lagu di Indonesia, saat ini lagu anak-anak yang dulu populer dan banyak disukai anak lama kelamaan mulai meredup dan tergantikan dengan lagu-lagu populer dari band dewasa. Regenerasi dari penyanyi cilik pun tidak sebanyak dulu, sehingga anak-anak saat ini banyak mendengarkan lagu yang kurang sesuai dengan usia perkembangan mereka. Untuk itu, Bincang SEJIWA kali ini menampilkan sebuah komunitas Peduli Lagu Anak Indonesia (Kapella Indonesia) yang bertujuan memperjuangkan hak anak untuk dapat mendengarkan lagu-lagu edukatif sesuai usianya. Bagaimana upaya Kapella untuk tetap konsisten mengkampanyekan lagu anak supaya tetap eksis dan top of mind bagi anak? 

Bincang sejiwa hari ini mengangkat tema tentang lagu-lagu anak Indonesia. banyak sekali lagu-lagu anak yang bisa saya dengarkan dari penyanyi-penyanyi cilik seperti Tasya Joshua atau Sherina. Apakah lagu-lagu anak saat ini juga bisa sepopuler lagu-lagu anak di masa lalu? Nah kita akan membahasnya lebih jauh bersama dengan komunitas peduli lagu anak Indonesia atau Capella Indonesia. 

Tentang Komunitas Peduli Lagu Anak Indonesia (Kapella Indonesia)

Komunitas peduli lagu anak Indonesia  adalah sekumpulan orang yang berusaha untuk bisa memperjuangkan hak anak untuk mendapatkan hiburan sesuai dengan usia dan tumbuh kembangnya. dan yang kita tahu kan setiap anak punya masanya gitu ya seperti masa prasekolah, masa sekolah ataupun yang sudah beranjak remaja. Kapella percaya bahwa sebenarnya lagu-lagu anak pasti memiliki pesan-pesan atau makna atau pesan-pesan luhur. Di era 2000an banyak sekali pilihan lagu anak yang bisa didengarkan dan isinya juga edukatif dan menghibur tetapi semakin kesini lagu-lagu anak semakin sedikit, sehingga kita juga sangat kehilangan kesempatan untuk bisa mengedukasi anak-anak melalui lagu-lagu anak. 

Sejarah Berdirinya Kapella

Di tahun 2012, sebelum Kapella berdiri ada sebuah band mahasiswa dengan nama Wafel, yaitu singkatan dari lima orang pendiri grup band yang menggemari keroncong. Namun saat itu keroncong kurang digemari. Akhirnya mereka merambah ke musik-musik anak dan ternyata responnya positif dari lingkungan kampus. Akhirnya dibuatlah sebuah komunitas lagu anak. Tapi sayangnya karena ini merupakan komunitas kecil, dinamika yang terjadi cukup banyak. Di tahun 2014 sempat vakum, dan dihidupkan kembali dengan nama baru yaitu Kapella (Komunitas Peduli Lagu Anak).

Pandangan Kak Shandy terkait lagu masa kini

Kapella tidak ada masalah terkait lagu-lagu anak atau lagu-lagu orang dewasa yang sekarang ada, tapi secara ekosistem kita tidak bisa hanya mendukung lagu-lagu anak, karena ada orang dewasa juga yang butuh lagu-lagu. Yang mungkin menjadi masalah adalah ketika pilihan lagu anaknya tidak ada, dan makin sedikit pilihannya. Ini adalah sebuah tantangan untuk Kapella dan teman-teman pegiat hak anak lainnya. Apa yang bisa dievaluasi dari strategi-strategi yang biasanya diberikan dan apa inovasi yang mungkin bisa dikembangkan. Bagaimana caranya kita bisa tetap memperjuangkan hak anak untuk mendapatkan hiburan. Seperti Ardhito-Pramono yang sempat mengeluarkan satu album lagu-lagu ramah anak yang berbahasa Inggris dan hal itu cukup menarik untuk dikaji lebih dalam apakah benar memang anak-anak mengikuti tren  atau minat musiknya itu bergeser.

Kapella mengklasifikasi lagu-lagu anak menjadi tiga kategori, yaitu di antaranya:

  1. Lagu anak-anak yang sifatnya klasik, biasanya lagu-lagu ini sederhana. Pesan atau nilai yang mau disampaikan sangat gamblang dan jelas seperti “Ayo buang sampah pada tempatnya” dan juga secara aransemen musik itu juga sangat sederhana, contohnya lagu Pak Kasur, Ibu Soed, Bangun Tidur Ku Terus Mandi, Naik Kereta Api dan sebagainya. 
  2. Lgu-lagu anak yang sifatnya pop, biasanya musiknya memang lebih kompleks secara aransemen dan pesan yang ingin disampaikan juga lumayan kompleks. Contohnya lagu Sherina, Nasya dsb. 
  3. Lagu ramah anak, biasanya dibawakan oleh orang dewasa tapi kontennya ramah misalnya adalah lagu Laskar Pelangi dari band Nidji. 

Kak Shendy merasa tren yang berkembang saat ini mungkin kedepannya bisa ditinjau kembali.  Apakah memang lagu-lagu klasik ini memang sudah ditinggalkan, karena kalau melihat langsung di lapangan, respon anak-anak terhadap lagu klasik seperti Balonku Ada Lima, mereka sudah mulai enggan untuk menyanyikan karena mungkin terlalu sederhana, atau terlalu kekanak-kanakan. Kultur yang sekarang berkembang anak-anak lebih meminati lagu-lagu pop atau lagu-lagu dewasa yang ramah anak. Dari sini mungkin ini bisa jadi hipotesis awal yang nanti perlu dicari tahu lagi apakah benar Kapella atau teman-teman pegiat lagu anak lainnya itu harus membuat lagu-lagu yang condongnya seperti itu 

Program-program atau Kegiatan Kapella

Program utamanya adalah Fun Singing, yaitu bernyanyi secara gembira secara rutin. Fun Singing biasanya di hari minggu di setiap bulan nya untuk berkampanye. Mereka membawa gitar, keyboard atau pianika dan microphone. Lalu mereka mengajak siapapun untuk bergabung menyanyikan lagu-lagu ana. Selain itu mereka juga menyelipkan pesan-pesan kampanye untuk orang tua atau orang dewasa yang ada disekitar, bahwa lagu-lagu anak itu penting untuk diperdengarkan ke anak-anak. Mereka juga membagikan kiat-kiat bagaimana caranya memperdengarkan lagu anak di rumah. Di masa pandemi, kegiatannya jadi bergeser menjadi online. Kapella sering melakukan kampanye melalui media sosial dengan membuat konten bernyanyi bersama dan sebagainya.

Dampak lagu terhadap anak-anak

Lagu juga bisa memberikan dampak kepada karakter anak-anak. Lagu yang baik pasti akan memberikan pengaruh pada anak-anak. Oleh karena itu orangtua sudah layaknya untuk mencarikan lagu-lagu yang sesuai dengan perkembangan anak Lagu anak terkait dengan karakter, dimana ternyata dengan mendengarkan musik tumbuh kembang anak bisa terpengaruh dengan baik. Musik itu bisa menggiring motorik anak. Dengan mendengarkan lagu anak juga akan berkembang kognitifnya. Lagu Balonku Ada Lima secara tidak langsung akan mengenalkan numerasi hitungan 12345, kemudian juga akan mengenal warna. Jadi ada faktor edukasi juga.

Menurut hasil penelitian dari Florida International University, mendengarkan lagu anak-anak yang baik ternyata anak-anak ini juga bisa memiliki sosial yang baik. ada lima faktor yang nanti akan terpengaruh dengan pengembangan sosial anak yaitu; competent, confident, sharing, character, dan connection.

Pengaruh dari lagu itu luar biasa memberikan rasa keindahan dan empati serta kesadaran tentang keluhuran dan sebagainya. Salah satu lagu yang top of Mind seperti lagu Satu-Satu Aku Sayang Ibu dimana lagu tersebut mengajarkan betapa kita perlu ingat bahwa ibu adalah tokoh hidup kita yang paling utama itu dan lagu tersebut mengajarkan kita tentang pentingnya keluarga di dalam kehidupan kita. Lagunya sangat ear catching, sangat sederhana tapi sangat membawa dampak yang baik. 

Indonesia pejuang-pejuang seperti Kapella untuk mendorong lagu-lagu anak tetap konsisten dan menjadi relevan di tengah maraknya lagu-lagu orang dewasa yang diperdengarkan kepada anak-anak.

 

Bagi sahabat sejiwa yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Kapella dapat menyaksikan pada link di bawah:

Bincang SEJIWA Episode 80: Lestarikan Lagu Anak Bersama Komunitas Peduli Lagu Anak Indonesia (Kapella Indonesia)

 

Yayasan SEJIWA

“Service for Peace”