Sosial media tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia saat ini. Banyak dampak atau potensi untuk menjadikan sosial media sebagai sarana pengembangan diri yang positif. Namun jika tidak berhati-hati, penggunaan sosial media yang tidak bijak dapat menyebabkan dampak yang negatif bagi diri kita, khususnya untuk generasi millenials dan generasi selanjutnya.
Ada beberapa faktor yang akan kita bahas dalam tulisan ini yang akan terkait dengan penggunaan media sosial itu sendiri, yaitu:
- Parenting (pengasuhan orang tua).
- Teknologi.
- Ketidaksabaran.
- Lingkungan.
Banyak diantara generasi millenials tumbuh dengan pola pengasuhan yang gagal dari orangtua mereka. Contohnya, orangtua mereka mengatakan setiap waktu bahwa mereka istimewa, mereka bisa mendapatkan apapun yang mereka mau cuma dengan mereka menginginkannya. Ada juga Orang tua banyak menuntut guru, dan guru menghindari untuk berurusan dengan orang tua, sehingga mereka memberikan apa yang dituntut oleh orang tua untuk anak-anaknya
Di kemudian hari, saat anak-anak mulai tumbuh, lalu duduk di bangku kuliah, kemudian mendapatkan pekerjaan, dan mulai memasuki dunia yang sebenarnya, mereka baru sadar bahwa mereka tidak seistimewa yang dikatakan orangtuanya, mereka tidak dapat promosi, dan tidak akan mendapatkan sesuatu hanya karena mereka mengingikannya. Sehingga dalam sekejap gambaran diri mereka hancur. Oleh karena itu, mereka hidup dengan tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah daripada generasi sebelumnya.
Lalu masalah lainnya adalah generasi milenials tumbuh dengan facebook, Instagram, dan sosial media lainnya. Dimana mereka dapat memfilter apa yang ingin mereka tampilkan. Sehingga mereka sangat baik dalam menampilkan kesan hidup yang luar biasa walaupun mereka dalam keadaan yang tidak baik. Dari sinilah orang-orang menggunakan sosial media sebagai pelarian mereka.
Sosial media memang dirancang untuk memproduksi dopamin yang dapat menimbulkan rasa nyaman dan senang bagi pengaksesnya ketika mendapatkan respon dari orang lain. Sehingga mereka akan senang apabila mereka dapat pesan dari seseorang. Ketika merasa down mereka akan mengirimkan banyak chat kepada teman mereka seperti “Hai” atau memposting sesuatu di sosial media untuk mendapatkan respon dari orang lain. Mereka akan tenang apabila mendapatkan respon. Jika tidak, mereka akan gelisah.
Kemudian tindakan lainnya yang banyak pengguna sosial media lakukan yaitu selalu menghitung berapa like yang mereka dapat di instagram ataupun sosial media mereka yang lain. Mereka akan mengecek berulang-ulang kali. Apabila like–nya sedikit, mereka akan merasa mereka telah membuat kesalahan dan merasa orang-orang tidak menyukai mereka.
Sosial media dapat menjadi sangat berbahaya karena sangat mudah diakses oleh siapapun dan dimanapun. Di usia yang sangat muda sekalipun dan sifat dopamin sangat membuat orang menjadi ketagihan. Penggunaan sosial media secara berlebihan dapat berbahaya dan membuat orang tidak dapat berinteraksi dengan baik dengan orang-orang di dunia nyata seperti orangtua, teman sekolah, keluarga, dan orang-orang di lingkungannya. Hal ini dapat disebabkan karena adiksi terhadap social media itu sendiri. Hal ini lah yang akhirnya juga membuat orang-orang mempunyai tingkat stres yang tinggi.
Tekait ketidaksabaran, generasi milenials tumbuh dalam dunia yang serba instan. Pada masa sekarang, hampir keseluruhan hal yang diinginkan dapat langsung terpenuhi dan di akses secara instan melalui aplikasi yang ada di gadget. Kecuali, kepuasan bekerja, kepuasaan dalam berjuang, dan hubungan yang kuat dengan orang lain. Karena terbiasa dengan hal yang instan, mereka akan merasa tidak memberikan dampak apapun bagi lingkungannya ketika mereka tidak mampu melakukan beberapa hal di waktu yang singkat. Padahal dalam membangun keterampilan, kepercayaan diri, dan rasa cinta dibutuhkan perjalanan panjang dan sulit. Hal-hal ini pada akhirnya pada masa sekarang ini menimbulkan kematian yang disebabkan oleh bunuh diri meningkat, kematian yang disebabkan oleh overdosis obat meningkat, serta banyaknya anak-anak yang putus sekolah karena depresi.
Ketidaksabaran ini juga erat kaitannya dengan lingkungan kehidupan yang ada. Pada masa ini, orang-orang muda lebih dituntut berdasarkan angka-angka yang mereka dapatkan. Banyak lingkungan lebih mementingkan peningkatan kualitas jangka pendek daripada jangka panjang. Hal ini sama sekali tidak membantu orang-orang muda untuk membangun kepercayaan diri, serta kemampuan mereka menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Inilah menyebabkan mereka menjadi menyalahkan diri sendiri karena tidak mampu memenuhi tuntutan lingkungannya.
Sosial media pada dasarnya dapat memberikan dampak yang positif, namun semua orang harus bisa menyeimbangkan kehidupan nyatanya dengan kehidupan digitalnya. Karena ketika mereka tidak terpaku pada handpone dan gadget, mereka bisa menikmati dunia, dan disitulah ide-ide dapat berkembang. Mereka bisa memiliki ide dan inovasi ketika mereka pergi kemana-mana dan melihat sesuatu maka pikiran mereka akan terbuka. Karena ide dan inovasi muncul dari momen-momen kecil. Maka dari itu, mari kita gunakan sosial media dengan sebaik-baiknya.