Internet bersifat tidak terbatas. Kita dapat mem-posting, menuliskan atau membagi hal apapun
di media sosial dengan bebas. Sayangnya, banyak netizen yang tidak mengimbangi kemajuan
teknologi ini dengan etika perilaku dan kebiasaan yang positif. Masih banyak kita temukan
perilaku cyberbullying, cyberpornography, hingga cybercrime di internet. Menyoroti secara
khusus perilaku cyberbullying yang kerap kali terjadi pada anak, hal ini juga menjadi
kekhawatiran yang tidak kunjung berakhir. Banyak usia anak dan remaja yang sudah aktif di
media sosial tetapi tidak menunjukan etika bergaul di dunia online yang positif. Setiap orang
merasa lebih mudah dan tanpa rasa takut memberikan komentar negatif terhadap orang lain.
Tidak hanya itu, banyak juga netizen yang berani menuliskan hal buruk, menyebar berita
bohong atau mengunggah video perilaku negatif mereka sendiri di sosial media. Seolah-olah
mereka bangga atas keburukan tersebut. Padahal, sikap dan perilaku negatif kita di dunia maya,
justru akan membuat kita terjebak dalam dampak buruk di kemudian hari. Hal yang perlu
diketahui, internet akan menyimpan rekam jejak kita di dunia maya selamanya. Di masa depan,
ketika kita bergaul, bersekolah, bekerja hingga mengembangkan karir, kita bisa saja terhambat
karena jejak digital buruk yang kita miliki.
Menyadari hal penting tersebut, tentu kita tidak ingin masa depan anak-anak bangsa
terancam karena kurangnya kesadaran mereka terhadap pentingnya etika di dunia maya. Tentu
saja, dibutuhkan keterlibatan dan peran aktif orang dewasa di sekitar anak, seperti orangtua,
guru dan masyarakat pada umumnya. Orangtua dan guru diharapkan dapat menjadi pendidik
yang unggul dan suri tauladan bagi anak. Tidak hanya bertugas merawat dan menjaga anak,
tetapi juga membimbing anak agar menjadi pribadi yang lebih berempati terhadap lingkungan
sekitarnya, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Untuk itu, sebelum masa depan kita
dipertaruhkan, mari bersama-sama kita bangun sikap dan perilaku yang positif dimanapun kita
berada.