Pada Juni 2017, Kementerian Sosial menerima lebih banyak laporan bullying ketimbang tahun lalu. Sejauh ini, sebanyak 976 kasus telah dilaporkan – dengan rincian 117 kasus mengenai bullying. Selain itu, dari data yang diperoleh UNICEF pada 2016, sebanyak 41 hingga 50 persen remaja di Indonesia dalam rentang usia 13 sampai 15 tahun pernah mengalami tindakan cyberbullying.
Melihat angka tersebut menunjukan rentannya perilaku bullying di Indonesia. Tentu penting untuk menyebarluaskan kesadaran akan isu bullying di tengah masyarakat. Berangkat dari kepedulian akan isu tersebut, PT Metropolitan land Tbk bekerjasama dengan Yayasan Sejiwa mengadakan acara talkshow berjudul “Stop Bullying, Start Loving, Stay Amazing di tiga mall. Dalam acara ini terdapat talkshow anti bullying, konsultasi gratis mengenai parenting, dan pertunjukan hiburan. Adapun mall yang dijadikan tempat pelaksanaan event ini adalah Grand Metropolitan Mall Bekasi pada tanggal 10 Desember 2017, Metropolitan Mall Bekasi pada tanggal 17 Desember 2017, dan Metropolitan Mall Cileungsi pada tanggal 24 Desember 2017.
Event ini merupakan salah satu event dari rangkaian acara Amazing Moments. Amazing Moments merupakan acara perayaan hari ulangtahun mall yang juga untuk menyemarakan perayaan liburan Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Talkshow ini juga merupakan implementasi CSR PT Metropolitan land Tbk sebagai bentuk kepedulian terhadap isu pendidikan anak, khususnya bullying.
Diena Haryana, founder Yayasan SEJIWA tampil di atas panggung sharing mengenai isu bullying kepada para peserta talkshow. Sedangkan Retno Wahyuni pimpinan Yayasan SEJIWA, Hellen psikolog Sejiwa, serta relawan psikolog lainnya memberikan konsultasi gratis mengenai bullying dan isu parenting lainnya kepada para pengunjung Mall. Para pengunjung mall juga diberikan penjelasan serta berbagai publikasi informatif seputar bullying. Acara berlangsung meriah dan menarik.
Dalam talkshow Diena menjelaskan Bullying merupakan tindakan menyakiti seseorang dalam berbagai bentuk. Tindakan tersebut tidak harus berulangkali. Sekali terjadi saja sudah dapat dikatakan sebagai bullying.
Diena berpendapat yang paling penting dalam isu bullying ini adalah bagaimana cara orangtua dalam mendidik anaknya. Apabila anak sudah terbiasa dengan tindak kekerasan di dalam rumah, bukan tidak mungkin ia melakukannya juga di luar rumah. Orangtua juga harus mampu berkomunikasi dengan asertif dan bisa menunjukkan kasih sayangnya kepada anak. Seringkali orangtua kaku dalam menunjukan afeksi mereka, seperti memuji dengan baik, memeluk, menghargai, dan lainnya. Di sisi lain, orangtua biasanya mudah sekali mengkritisi, menjduge, memarahi anak apabila sang anak memiliki keinginan atau berbuat tidak sesuai yang orangtua harapkan.
Selain itu Diena mengingatkan bahaya dunia internet bagi anak-anak, diantaranya penipuan, hoax, pembobolan privasi, cyberbullying, pornografi, dan adiksi dunia maya. Menjaga anak dari konten-konten negatif di dunia maya harus ditangani sejak dini. Berbagai konten di dunia maya dapat memberikan zat dophamine yang tidak wajar terhadap otak anak. Bila otak anak mendapatkan dophamine secara berlebihan, anak dapat mengalami adiksi. Adiksi tersebut dapat mematikan sinapsis dalam otak anak sehingga lebih lanjut dapat menghambat perkembangan otaknya. Saat ini juga, konten negatif di internet menggempur anak-anak dari segala penjuru. Tanpa berniat mencari konten negatif, seringkali konten tersebut menghampiri para pengguna media digital. Melihat kondisi tersebut, orangtua makin berperan penting membentengi anak dari gempuran tersebut.
Ada banyak kisah menarik di pojok konsultasi. Ada seorang ibu, sebut saja M menceritakan dia memiliki anak yang selama SD dia terus dibully oleh teman-temannya dikarenakan tidak memiliki nilai akademik yang baik. Menginjak SMA, nilai akademikinya kini membaik, ditunjukkan dengan nilai rapornya yang masuk 3 besar di kelasnya. Anak M kini sudah percaya diri. Sayangnya kepercayaan diri yang berlebihan membuat dirinya menemui teman SDnya dan memukulinya. Mendengar kisah tersebut, Retno, pimpinan Yayasan Sejiwa memberikan saran kepada sang ibu untuk memberitahu anaknya bahwa tidak perlu membalaskan dendamnya seperti itu. Ada baiknya kepercayaan diri anak digunakan untuk hal-hal positif. Dikhawatirkan perkelahian anaknya dengan temannya bisa membawa dampak buruk yang lebih besar.
Selain itu, banyak juga para peserta konseling yang bertanya mengenai hal-hal seputar parenting seperti bagaimana bisa dekat dengan anak, bagaimana dapat memberikan nasihat pada anak, dan lainnya.