Masalah tersembunyi dalam dunia pendidikan di Indonesia

”Raju malu diejek teman-teman di sekolah. Mereka bilang, Raju masih kecil kok sudah dipenjara,” tutur Raju (Kompas, 22 Februari 2006).

Saat itu Raju telah menjadi korban bullying oleh teman-temannya. Secara sederhana bullying adalah “Penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya, peristiwanya mungkin terjadi berulang”. Pada masa perkembangan menjadi korban bullying adalah pengalaman yang tidak menyenangkan dan menyebabkan trauma. Bentuk bullying terbagi menjadi tiga: fisik: seperti memukul, mencubit, mengompasi, dan seterusnya, verbal: seperti memaki, menggosip, mengejek, psikologis: seperti mengintimidasi, mengucilkan, mengabaikan, dan diskriminasi.

Data-data

Menurut Hironimus dari Plan Internasional Indonesial, kekerasan di sekolah menduduki peringkat kedua tertinggi setelah kekerasan di rumah tangga.

Sementara hasil rata-rata persepsi para guru di 32 sekolah yang pernah diberi pelatihan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) yang menunjukkan bahwa tipe guru agresif mencapai 37%.

Hasil survey yang dilakukan SEJIWA pada guru di 3 SMA di Jakarta dan Semarang menunjukkan bahwa dampak negatif bullying belum disadari oleh para guru.

  1. 18,3% guru menganggap penggencetan dan olok-olok antar teman adalah hal biasa dalam kehidupan remaja, tidak perlu diributkan lagi.
  2. 27,5% guru berpendapat bahwa sesekali mengalami penindasan senior-junior tidak akan berdampak buruk pada kondisi psikologis siswa.
  3. 10% guru berpendapat bahwa hukuman fisik adalah cara menegur yang paling efektif.
  4. 10% guru menghukum siswa yang melakukan kesalahan dengan hukuman fisik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rianto Adi dari Atmajaya menunjukkan : 80% guru di Jawa Tengah menghukum murid dengan meneriaki atau membentak di depan teman-teman mereka.

Di Sulawesi Selatan, 90% guru lebih suka membariskan murid di depan kelas, 73% menegur dengan bentakan.

Dampak Negatif

Bagi dunia pendidikan, bullying menghambat kemajuan siswa maupun merubah iklim sekolah menjadi tidak bersahabat. Korban akan merasa sekolah adalah tempat yang tidak aman dan tidak menyenangkan. Frekwensi membolos pada siswa akan meningkat, dan bisa menyebabkan putus sekolah. Bullying dapat berpengaruh terhadap kemampuan akademis dan sosial siswa, hal ini disebabkan karena siswa sulit berkonsentrasi. Secara psikologis, bullying memunculkan gejala psikosomatis, korban akan merasa rendah diri, tidak berharga, beresiko lebih besar  untuk depresi, merasa takut, kesepian, dan seringkali menghindari situasi yang memungkinkan mereka menjadi korban bukan menghadapinya, kemungkinan untuk bunuh diri karena menganggap hal itu adalah satu-satunya jalan keluar, bisa saja muncul. Akibat buruk dari perilaku bullying ini tidak hanya menimpa korban saja, pelaku akan menjadi seseorang yang anti sosial, sedangkan pelaku yang  membawa perilaku bullying sampai mereka dewasa, mungkin menjadi seorang kriminal.

Secara  umum dapat diidentifikasi mengapa seseorang melakukan bullying, diantaranya: pelaku berasal dari keluarga bermasalah sedangkan dia tidak tahu harus berbuat apa. Pelaku biasanya merasakan kemarahan (padahal rasa marah itu tidak enak), ditambah lagi, dia tidak tahu sebab kemarahannya, tidak punya teman yang bisa diajak berbicara, cemburu terhadap kesuksesan orang lain. Pelaku bullying bukan hanya antar siswa dengan siswa, pelaku juga berasal dari kalangan guru, atau orang tua yang menerapkan kekerasan untuk mendidik anak atau siswanya.

Tindakan pencegahan

Tidak banyak sekolah yang mempunyai sistem untuk menghadapi atau menanggulangi bullying. Kebijakan temporer tidak akan bisa menyelesaikan bullying dengan tuntas, yang diperlukan sekolah adalah sistem yang dibangun bersama dan untuk dilakukan bersama pula. Bullying di sekolah dapat dihindarkan atau paling tidak dapat diatasi dengan  cara yang tepat apabila ada kerja sama antar civitas sekolah yang terjalin dengan baik. Pembentukan sistem terpadu berdasarkan kesepakatan dan kebutuhan seluruh siswa, guru maupun staf yang berada di sekolah akan sangat bermanfaat. Peningkatan kesadaran akan bahaya bullying besar manfaatnya untuk mendukung terlaksananya sistem yang  ada, maka sebelum ada kesepakatan bersama tentang  sistem yang akan dipakai, maka perlu kesepahaman anatara seluruh civitas sekolah mengenai bahaya bullying ini.

Tentang Workshop

Dalam rangka menggulirkan kepedulian masyarakat akan perilaku bullying dan dampaknya, Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan workshop bertajuk “Bullying: Masalah Tersembunyi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia”.

Tujuan Workshop

Pelaksanaan Workshop

Tanggal            :  29 April  2006

Tempat             :  Hotel Hilton, Jakarta

Peserta             :  Lebih kurang 250 orang

Topik yang akan dibahas dalam workshop meliputi:

perkembangan sebuah bangsa

Format Kegiatan:

  1. Presentasi materi oleh para pembicara

2.   Penyampaian beberapa hasil studi yang terkait dengan topik workshop

  1. Diskusi kelompok
  2. Testimoni perilaku bullying di sekolah-sekolah
  3. Dialog interaktif
  4. Pesan “Stop- bullying” lewat lagu dan kata

Kesepakatan dan rekomendasi untuk langkah-langkah selanjutnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *