BINCANG SEJIWA EPISODE 47
ETIKA DI DUNIA MAYA – INTERNET DI MATA ANAK MUDA
MINGGU, 2 MEI 2021
Narasumber :
- Siti Fadhillah Husna (Mahasiswa UNJ semester 8)
- Rafa Aisyah (Mahasiswa UI semester 8)
- Tiara Aquila Putri (Mahasiswa UI semester 8)
- Diena Haryana (Pendiri Yayasan SEJIWA)
- Doni Koesoema A (Pakar Pendidikan Karakter)
Dipandu oleh Andika Zakiy (Program Coordinator)
Pengalaman Mahasiswa di Ranah Internet
Internet seperti sudah tidak bisa dipisahkan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Terutama di masa pandemi ini, internet selalu menemani kita disaat bekerja, bersekolah, atau bahkan saat mencari hiburan. Di balik semua hal-hal yang memudahkan pekerjaan kita berkat internet, internet juga bisa membawa dampak negatif jika tidak digunakan secara bijak oleh penggunanya. Ketiga mahasiwi yang hadir pada Bincang SEJIWA episode 47 menceritakan pengalaman mereka selama berinternet, baik pengalaman positif maupun negatif.
Aquila merupakan mahasiswi semester 8 di salah satu universitas. Aquila bercerita bahwa ia pernah mengalami hal yang kurang menyenangkan di internet. Pada tahun 2018 Aquila pernah bercerita di Instagram pribadinya mengenai pengalamannya yang kurang menyenangkan. Dari postingan tersebut, Aquila mendapat banyak komentar. Namun diantara komentar tersebut, ada orang yang mendukung tapi juga ada yang memberikan ancaman kepada Aquila. Orang yang mengancam Aquila menggunakan second account sehingga tidak diketahui identitasnya. Pelaku mengirimkan DM kepada Aquila dengan komentar-komentar yang negatif dan cenderung merendahkan. Dampak yang dirasakan oleh Aquila karena peristiwa tersebut yaitu ia merasa takut dan menarik diri dari kegiatan-kegiatan. Ia menginternalisasi komentar-komentar negatif tersebut sehingga self esteemnya turun.
Cerita lain datang dari Husna yang pernah mengalami cyberbullying yang mengarah ke body shaming. Pada saat kelas 1 SMA, ia mengalami body shaming di salah satu akun sosial medianya, yaitu askfm. Askfm merupakan sosial media dimana setiap orang bisa mengirimkan pertanyaan baik secara anonim maupun tidak. Husna mendapat pertanyaan dari anonim yang bernuansa body shaming diakun askfmnya. Dampaknya dari peristiwa tersebut pada Husna adalah ia menjadi sedih dan menanggapi pertanyaan mereka dengan emosi negatif seperti kesal dan marah. Pelaku justru menganggap Husna berlebihan karena mereka menganggap itu hanya bercanda.
Selain Aquila dan Husna, Rafa juga pernah mengalami cyberbullying saat ia SD. Saat itu teman satu kelasnya membuat grup Facebook yang isinya membenci Rafa. Rafa saat itu merasa takut dan sedih, karena ia takut tidak punya teman hingga ia besar. Saat masuk SMP, Rafa menjadi sulit membuka diri kepada teman baru.
Pemanfaatan Internet Untuk Hal Positif
Walaupun banyak kejadian yang kurang menyenangkan terjadi di internet, namun tidak bisa kita pungkiri bahwa internet memberikan banyak kemudahan dan manfaat untuk kita semua. Tidak terkecuali pada para mahasiswi ini. Rafa mengaku bahwa ia banyak belajar Bahasa Inggris dari internet. Di internet, ia bisa berinteraksi dengan banyak orang tanpa batasan negara, sehingga hal tersebut dapat membantunya dalam mempelajari Bahasa Inggris. Selain itu, Rafa juga mulai memanfaatkan internet sebagai platform untuk dia menjalankan bisnisnya saat SMA.
Tidak hanya Rafa, Aquila juga banyak mempelajari Bahasa Inggris melalui internet. Di internet Aquila bisa menemukan banyak komunitas di seluruh dunia yang sesuai dengan minat dan hobinya dari komunitas tersebut, Aquila banyak belajar percakapan Bahasa Inggris sehari-hari dengan teman-temannya di komunitas yang sama. Selain itu, menurut Aquila ia bisa menjadi dirinya sendiri saat bersama dengan komunitas tersebut.
Husna juga menceritakan mengenai hal positif yang ia dapatkan di internet. Di masa pandemi ini, Husna bercerita bahwa ia cukup kesulitan dalam mencari bahan bacaan secara offline. Namun dengan adanya internet, ia bisa mengakses berbagai sumber belajar seperti ebook atau jurnal dengan lebih mudah. Selain itu, internet juga tetap menghubungkannya dengan teman-temannya yang belum bisa bertemu secara fisik.
Peran Orang Tua dalam Mendampingi Anak di Internet
Orang tua perlu menanamkan karakter positif pada anak sejak dini. Ketika anak sudah mulai aktif di sosial media, orang tua perlu memperkenalkan kepada anak mengenai hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di internet. Anak-anak perlu memiliki sopan santun di ranah daring, memiliki pemilihan bahasa yang baik, mengunggah konten yang positif, dan tidak melukai orang lain di ranah daring. Orang tua juga perlu menjaga jejak digital anak sejak dini. Tekankan kepada anak bahwa jejak digital akan tetap berada di internet meskipun postingan tersebut telah dihapus. Oleh karena itu, anak memiliki pemahaman bahwa ia harus terus berbuat baik di internet agar meninggalkan jejak digital yang baik pula. Selain itu, orang tua juga perlu membuat kesepakatan bersama anak mengenai waktu penggunaan gawai dan tempat-tempat mana saja yang tidak boleh menggunakan gawai. Dengan adanya kesepakatan ini, anak akan paham mengenai aturan-aturan tersebut.
Menanamkan Etika Berinternet Pada Anak
Sebelum menggunakan internet, anak muda harus memiliki perspektif moral yang baik. Etika akan menjadi orientasi seseorang di dalam pikirannya. Setiap perilaku yang dilakukan bisa dilihat dari sudut pandang etika. Ada 5 prinsip moral dasar yang perlu diingat:
- Sikap baik. Sikap baik ini diawali dari niat kehendak untuk sealu bersikap baik. Etika memperlajari perilaku manusia sebagai manusia yang diukur sebagai manusia yang baik
- Tidak merusak. Sebagaimana etika dalam berkehidupan, dalam ranah internet juga berlaku agar penggunanya tidak merusak apa yang ada di dalam internet.
- Melakukan yang baik. Niat harus ditunjukan dengan tindakan yang baik dan menghindari tindakan yang buruk
- Otonomi moral. Dimanapun kita berada kita dituntut tanggung jawabnya, termasuk di internet
- Dalam melakukan suatu tindakan, kita perlu melihat dampak positif dan negatifnya
Anak muda harus paham bahwa internet memiliki dampak besar pada kehidupan orang lain. Perlu menyadari, sebelum melakukan sesuatu di internet, kita harus melihat apakah ini sesuatu yang baik atau tidak dan ini akan mempengaruhi kualitas kita sebagai manusia.
Selain itu, pendidikan juga menjadi kunci dari tumbuhnya etika berinternet. Anak harus dibekali bagaimana memahami media dan peran media digital saat ini. Beberapa hal yang bisa dilakukan di satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
- Pendidikan harus mengajarkan sikap kritis terhadap media.
- Pendidikan perlu melatih dan memberi ruang pada siswa untuk melihat sejauh mana proses pendidikan dapat mengedukasi anak mengenai penggunaan media dengan baik
- Mengedukasi pemangku pendidikan terkait peranan media, dan sekolah juga perlu memiliki ekosistem digital yang baik
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai etika berinternet, Sahabat SEJIWA dapat menyaksikan Bincang SEJIWA episode 47 pada link di bawah ini:
Yayasan SEJIWA
“Service for Peace”