Jejak Digital
Esok harinya, Ibu Ria memenuhi janjinya kepada kelas.
Ibu Ria : “Selamat siang anak-anak, kalian sudah makan siang?”, sapa Bu Ria dengan senyum yang mengembang.
Anak-anak : “Sudah Bu… tadi Fitri ulang tahun, kita makan nasi goreng…” , sahut anak-anak bersemangat.
Ibu Ria mendekati Fitri dan menjabat tangan Fitri,
Ibu Ria : “Selamat ulang tahun ya Fitri, semoga kamu bahagia selalu.”
Fitri : “Terima kasih, Bu” Jawab Fitri sambil tersenyum dan mengambil nasi goreng spesial di mejanya, yang aromanya menyeruak ke seluruh ruangan kelas.
Fitri : “Ini untuk Ibu Ria.” Sambil memberikan nasi goring.
Ibu Ria : “Terima kasih, Fitri”, sembari menyimpan nasi goreng spesialnya.
Selanjutnya Ibu Ria bertanya kepada anak-anak apakah mereka pernah mendengar tentang “jejak digital”. Mereka semua menjadi tenang mendengarkan. Mereka pernah mendengar dua kata itu, tapi tidak yakin apa maksudnya.
Ibu Ria : “Jejak digital adalah data yang ditinggalkan oleh seseorang yang menggunakan internet. Contohnya: ketika kamu memposting sebuah foto atau statusmu di Medsos, maka foto maupun status tersebut akan tetap tinggal di platform itu. Artinya, kalau suatu hari kamu ingin menghapus foto atau status tersebut dari Medsosmu, maka yang terhapus hanyalah foto serta status yang ada pada Medsosmu. Foto dan statusmu tersebut masih tetap akan ada di Medsos teman-temanmu”, Bu Ria menjelaskan.
Anak-anak mendengarkan dengan antusias sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Hari : “Kalau kita tidak suka dengan foto dan status kita itu gimana dong, Bu?, padahal sudah terlanjur menyebar. Apa iya, akan ada di Medsos terus?”, tanya Hari.
Ibu Ria : “Kamu masih bisa melaporkan ke platform yang kamu pakai, misalnya Facebook, agar foto dan statusmu bisa dihapuskan oleh platform itu. Tapi, bisa jadi temanmu sudah membagikan foto maupun statusmu ke orang lain lagi, sehingga jejak digital itu bisa tetap tinggal di internet selamanya”, jawab Bu Ria.
Anak-anak langsung terdiam, menanti penjelasan lebih lanjut dari Bu Ria.
Ibu Ria : “Kalau suatu hari nanti kalian akan melanjutkan kuliah atau bekerja, salah satu yang dilakukan oleh Universitas atau kantor yang ingin kalian tuju pasti mengecek latar belakang kehidupan kalian dengan menelusuri jejak digital kalian.”
Ibu Ria : “Sekarang, cobalah cari informasi tentang pemilik Go-Jek, yang sudah kita bicarakan lewat mesin pencari informasi. Bukalah gawai kalian, dan tulislah nama Nadiem Makarim di mesin pencari informasi. Apa saja yang bisa kalian lihat disana?”
Anak-anak lalu mengambil gawai mereka yang hari ini memang boleh dibawa masuk ke kelas mereka untuk pelajaran saat ini. Mereka mengetik nama Nadiem Makarim pada mesin pencari informasi dan muncullah berbagai informasi tentang Nadiem, Go-Jek, dan lain-lain terkait Nadiem.
Ibu Ria : “Apa sajakah yang kalian lihat?”, tanya Bu Ria yang langsung dijawab anak-anak.
Dika : “Ada banyak Bu”, jawab Dika.
Eki : “Ada foto-fotonya, Bu”, lanjut Eki
Ina : “Ada cerita tentang Nadiem, Bu”, ungkap Ina.
Jojo : “Banyak banget videonya, Bu”, teriak Jojo.
Linda : “Banyak juga tentang Go-Jek, Bu…”, lanjut Linda.
Ibu Ria : “Betul sekali, di internet kita bisa menemukan foto-foto seseorang, dia memakai Medsos apa, ada cerita-cerita tentang seseorang, ada video-video yang ia buat dan sebarkan di sana maupun yang dibuat serta disebar oleh orang lain di sana, tulisan-tulisan tentang dia, seperti sebuah dunia tentang orang itu di internet. Itu semua adalah jejak digital seseorang di internet yang bisa dilihat semua orang. Kalian bisa melacak tentang diri seseorang dari seluruh dunia. Beruntung sekali Nadiem adalah Netizen Unggul, sehingga ia meninggalkan jejak digital yang sangat baik. Siapapun yang mencari informasi tentang Nadiem, semuanya akan bangga melihat informasi tentang dirinya lewat internet”
Ibu Ria : “Bayangkan kalau kalian secara online melakukan perundungan kepada seseorang?”, ajak Bu Ria.
Ibu Ria : “Memfitnahnya, melecehkannya, dan menyampaikan hal-hal yang tidak benar tentang orang itu? Adakah dampaknya?”
Tiyni : “Orang yang dibully akan sedih dan tidak percaya diri Bu Guru…”, jawab Tiyni.
Ibu Ria : “Bagus sekali, Nak… Yang jadi korban akan sangat sedih dan malu, hilang rasa percaya dirinya. Dia juga akan sulit berkonsentrasi untuk belajar”.
Galuh : “Bu guru, yang memfitnah juga ada dampaknya. Netizen pasti melihat dia orang yang nggak baik, Bu… nyinyir”, jelas Galuh.
Ibu Ria : “Ibu senang sekali dengan jawaban-jawaban kalian yang kritis sekali. Betul, kalau kalian tidak menjaga kata-kata, dan segala postingan kalian di Medsos, maka citra diri kalian atau teman-teman kalian akan negatif. Ini bisa merugikan ketika kalian kelak mencari kerja atau mencari beasiswa. Jejak digital kalian pasti akan dilacak untuk mencari tahu karakter kalian seperti apa. Bisa jadi kalian kehilangan kesempatan baik karena jejak digital yang negatif”
Anak-anak terdiam. Hari, Jaja, Doni, Herman, dan Soni menundukkan kepalanya dan tampak bersedih hati. Ibu Ria menghela napas panjang lalu menghampiri kelima anak tersebut.
Ibu Ria : “Ada apa anak-anak? Apakah ada yang ingin kalian sampaikan?”
Kemudian, Hari mencoba memandang Bu Ria dengan merasa takut.
Hari : “Ibu Guru, Aldy Bu… kasihan dia Bu… Kami menyesal… kami sudah bersalah kepada Aldy”, jawab Hari terbata-bata.
Dengan tenang Ibu Ria menyentuh pundak Hari dan mencoba menguatkannya agar ia bisa meneruskan kata-katanya.
Ibu Ria : “Ya, Hari, apa yang sudah terjadi?”
Ibu Ria sangat memahami mengapa anak-anak tampak sendu, tampaknya mereka menyadari kesalahan apa yang telah mereka lakukan terhadap Aldy.
Hari : “Bu guru, kami sudah menyebarkan ke Medsos tentang Aldy… yang nggak baik… tapi saya tidak sendirian Bu… Ada yang lain Bu…ada 5”, tambah Hari dengan suara pelan dan semakin menunduk.
Ibu Ria : “Hari…”, Bu Ria menghela napas lagi.
Ibu Ria : “Aldy pasti sangat bersedih hati. Ibu Ria menghargai Hari sudah jujur mengakui kesalahan pada Aldy”.
Dengan tenang dan sangat berhati-hati, Ibu Ria menambahkan.
Ibu Ria : “Tapi Hari tidak sendiri, Ibu juga minta kejujuran ke 4 anak yang lain, karena kejujuran kalian akan membuat kalian tenang. Setelah kelas ini selesai, Ibu mau ngobrol dengan kalian berlima”.
Setelah itu Ibu Ria meringkas pelajaran yang diberikannya hari ini tentang jejak digital, karena beberapa menit lagi sesi ini akan berakhir.
Ibu Ria : “Sekarang kalian telah belajar tentang jejak digital, maka kalian sudah memahami mengapa kalian harus menjaga jejak digital kalian dengan baik. Semua yang kalian sebarkan di Medsos harus santun, dengan bahasa yang baik, dan foto-foto yang sopan pula. Menjaga jejak digital kita di Medsos akan memastikan nama baik kita terjaga, dan masa depan kita terjaga baik pula”.
Bel istirahat berdering. Anak-anak berhamburan ke luar kelas kecuali Hari yang diminta Bu Ria untuk tetap tinggal di kelas. Hari sudah paham maksud Bu Ria. Hari berdiri dari kursinya memanggil teman-temannya.
Hari : “Doni, Jaja, Herman dan Soni… ayo kesini, Bu Ria mau ketemu kita”
Hari dikenal sebagai anak yang baik, berani, dan tegas. Pandangannya selalu didengarkan oleh teman-temannya. Sayang, kali ini ia melakukan sebuah kesalahan. Untungnya, Ia berani mengakui kesalahannya, dan dia siap pula bertanggung jawab menghadapi resikonya. Keempat temannya datang mendekati Hari, siap berbicara dengan Ibu Ria tentang kejadian yang telah membuat Aldy tertekan sehingga dalam tiga hari ini ia belum kembali masuk ke sekolah.
Pesan:
Jejak digital kita harus kita jaga dengan baik, karena ia bisa menggambarkan citra diri kita. Bila kondisinya baik, maka kita akan tenang bila kelak siapapun akan mengecek jejak digital kita, apakah untuk kepentingan mendapatkan beasiswa, mencari kerja, atau kesempatan-kesempatan berharga lainnya yang ingin kita dapatkan. Jejak digital bisa terekam di internet selamanya, oleh sebab itu kita perlu mem-posting hal-hal yang positif saja, agar citra diri kita positif.