Suatu hari, seorang anak menanyakan hal yang tidak terduga seputar kehidupan keluarganya. “Bu, kenapa sepertinya semua masalah rumah tangga ibu yang mengatur?” Tanya anak itu. Lalu ibunya menjawab “Tugas utama seorang ayah adalah mencari nafkah.”

Bila ditinjau lebih dalam lagi, beberapa diantara kita mungkin menyadari, ibu dalam ilustrasi diatas mengungkapkan bahwa tugas utama seorang ayah adalah mencari nafkah. Apakah benar begitu? Jika benar tugas utama ayah adalah demikian, lalu apakah ada tugas lain yang harus dilakukan seorang ayah dalam pengasuhan anak?

Beberapa penelitian mengenai pengasuhan anak menyoroti pentingnya peran ibu dalam pengasuhan anak. Namun belakangan ini, topik mengenai peran ayah dalam pengasuhan juga semakin banyak dibicarakan. Hal ini disebabkan adanya pendapat bahwa ibu dan ayah memiliki peran yang sama pentingnya dalam pembentukan sikap atau output tingkah laku pada anak.

Topik mengenai hubungan orang tua anak dan kesejahteraan anak sudah banyak diteliti. Salah satunya, studi yang dilakukan oleh Wenk pada tahun 1994. Ia meneliti mengenai keterlibatan ayah dan ibu pada kesejahteraan psikologis anak laki-laki dan perempuan. Keterlibatan yang dimaksud adalah pada aspek tingkah laku dan emosional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, baik keterlibatan ayah dan ibu, dalam aspek tingkah laku dan emosional memiliki hubungan dengan kepercayaan diri, kepuasan hidup, dan kesehatan mental pada anaknya, baik anak laki-laki dan perempuan. Dapat dikatakan, keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak sama pentingnya dengan keterlibatan ibu.

Pengaruh hubungan orang tua dengan anaknya ini memiliki dampak yang berkelanjutan. Kualitas kasih sayang dari hubungan antara orang tua dan anak pada masa menuju remaja menunjukkan dampak yang berkepanjangan pada kesejahteraan psikologis  remaja hingga dewasa (Amato & Gilbert, 1999, Roberts & Bengston, 1993, Van Wel dkk, 2000 dalam Allgood, 2012). Maka, penting bagi semua orang tua untuk memerhatikan keterlibatannya dalam pengasuhan anak.

Selain itu, penelitian Van Wel (2000) menghasilkan kesimpulan bahwa kedekatan ayah dengan anak mereka memiliki hubungan yang positif dengan kebahagiaan anak, baik secara langsung maupun dalam waktu yang lama atau mendatang.

  1. Engagement diartikan sebagai interaksi langsung yang dilakukan ayah dengan anaknya dalam konteks merawat, bermain, atau mengisis waktu luang. Jadi, penting bagi seorang ayah untuk melakukan interaksi langsung dengan anak, misalnya menemani anak bermain, mengajarkan anak mengendarai sepeda di hari libur, dan aktivitas lainnya.
  2. Accesibility diartikan sebagai ketersedian secara fisik dan psikologis yang ayah berikan pada anak. Sebagai seorang ayah, penting untuk memberikan dukungan secara fisik maupun psikologis kepada anak, misalnya, mengambil raport anak di sekolah. Hal ini terkesan hal sederhana, namun berapa banyak ayah yang hadir secara fisik untuk melakukan hal ini?

Selain itu, ayah juga sebaiknya membantu anak dengan bantuan psikologis. Seperti memberikan penghargaan kepada anak secara verbal, misalnya dengan mengatakan “Kamu sudah hebat. Lain kali, pasti kamu akan lebih hebat lagi” saat anak gagal mendapatkan sesuat atau mengatakan “Ayah menyayangimu, Nak.” Untuk mengekspresikan rasa cinta pada anak.

  1. Responsibility diartikan sebagai perawatan dan penjaminan kesejahteraan anaknya, misalnya, ayah mendukung kebutuhan passion anak yang gemar bermain sepatu roda. Selain itu, ayah juga bisa menyediakan lingkungan tempat tinggal yang nyaman dan kesiapan untuk mengakses ke tempat pengobatan jika ada kondisi darurat. Secara umum, fungsi responsibility inilah yang dilihat sebagai tugas utama ayah yaitu mencari nafkah.

Dampak pemenuhan aspek engagement, accessibility, dan responsibility yang dapat dilakukan ayah ini akan memengaruhi kepercayaan diri anak, kepuasan hidup anak, dan distress psikologis anak. Anak yang dalam masa perkembangannya dipenuhi aspek engagement, accessibility, dan responsibility oleh ayah mereka, akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, anak akan mudah memenuhi tugas sekolahnya, dan berani melakukan hal-hal yang positif.

Selain itu, anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan dirinya, juga akan memiliki tingkat kepuasan hidup yang tinggi. Anak menjadi merasa puas dengan hidupnya karena kebahagiaan yang dirasa terbentuk dari keterlibatan orang tuanya.

Terakhir, anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhnnya, akan mempunyai distress psikologis yang rendah. Anak akan lebih tahan dengan berbagai stimulus stress yang ada, dan mengetahui solusi terhadap berbagai permasalah yang muncul dalam hidupnya.

Melihat paparan diatas, tentu kita sama-sama menyadari bahwa selain tugas mencari nafkah, ayah memeliki peran lain yang jauh lebih penting dan esensial, karena dampaknya mempengaruhi output tingkah laku anak di masa depan. Untuk para ayah dan calon ayah, mari terlibat dalam pengasuhan anak kita!:)

Daftar Pustaka

Allgood, Scot M., Beckert, Troy E. 2012. The Role of Father Involvement in the Perceived Psychological Well-Being of Young Adult Daughters: A Retrospective Study. North American Jurnal of Psychology. Vol. 14, No. 1, 95-110.

Wenk, DeeAnn., Hardesty, Constance L., Morgan, Carolyn S., Blair, Sampson Lee. 1994. The influence of parental involvement on the well-being of sons and daughtersJournal of Marriage and the Family